Mohon tunggu...
Siti Nur Hadiani
Siti Nur Hadiani Mohon Tunggu... -

A teacher and a learner at the same time.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tertanda Ayah dan Ibuku...

26 Juni 2011   03:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:10 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hari ini tepat 16 hari Ibu Nonoj Ratna Suminar (alm) dan 4 tahun Bapak Jemingun tak lagi dapat kulihat fisiknya disekitarku. Mungkin fisik mereka entah masih utuh atau tidak di tempat peristirahatan terakhirnya. Namun satu yang pasti, semangat mereka, jiwa mereka, kasih sayang mereka, cinta mereka selalu ada disini, di dalam hatiku. Beriringan dengan aliran darah dan setiap denyut nadiku. Terkadang pikiran picikku muncul dengan selalu menanyakan mengapa harus secepat ini? Mengapa harus disaat aku masih dalam fase berjuang untuk mengejar cita-citaku? Mengapa harus disaat aku belum bisa memberikan mereka apa apa? Mengapa harus disaat aku belum membanggakan mereka? Dan masih banyak mengapa-mengapa lainnya. Namun, dengan cepat aku tersadar, inilah yang terbaik bagi mereka. Tak mudah untuk terus bertahan dan berjuang melawan penyakit diabetes dan kanker stadium 4 yang menggerogoti tubuh mamah setiap hari selama 8 bulan.  Itulah yang terbaik bagi mereka. Biarkan mereka kini tenang di tempat terakhirnya. Ikhlaskan...ikhlaskan. Kalimat-kalimat itulah yang selalu menyadarkan aku dikala pikiran picikku itu muncul. Percaya saja bahwa Tuhanku memiliki rencana indah bagiku, rencana indah tanpa almarhum ibuku maupun almarhum ayahku.

Rasa rindu, itulah yang tak pernah bisa aku abaikan saat kehilangan mereka. Rasa rindu akan mendengar lantunan doa ayah dan ibu kepadaku. Rasa rindu akan nasehat-nasehat mereka yang dahulu tak pernah aku dengarkan. Rasa rindu akan pertanyaan-pertanyaan perhatian mereka padaku. Rasa rindu melihat senyuman dari mereka. Dan masih banyak rasa rindu yang terpendam dalam hatiku ini. Rasa rindu yang cukup dipendam saja bagiku sendiri.

Pertanyaan yang selalu ada dalam pikiranku adalah entah akan sebesar apa rasa rinduku ini pada kedua orang tuaku. Entah akan berapa liter air mata aku keluarkan untuk mereka disaat aku merindukan mereka.  Tuhan, satu pintaku, sehatkan serta kuatkan aku untuk menjalani sisa umur yang Kau percayakan padaku. Tetapkan pendirianku untuk tak pernah mengabaikan-Mu dan selalu di jalan-Mu.

Pak, Mah selamat jalan.

Insya Alloh doa titi tak akan pernah putus untuk kalian berdua.

Begitupun dengan rasa sayang titi ke mamah dan bapak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun