Mohon tunggu...
Siti LailatulMaghfiroh
Siti LailatulMaghfiroh Mohon Tunggu... Guru - Early Chilhood Enthusiast

Sedang belajar mencintai menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bakat yang Tertuntut

21 September 2020   10:49 Diperbarui: 21 September 2020   10:57 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest/Sofi Sofi

Hasrat yang tinggi untuk melihat buah hati berprestasi dengan menggembleng anak tanpa henti. Orangtua mulai terbius dalam ego begitu besar dan menjadikan anak sebagai objekyang senantiasa dituntut untuk berprestasi. Akhirnya anak merasa tidak nyaman dengan bakat yang harusnya hal tersebut menjadi sesuatu yang menyenagkan baginya. 

Anak merasa ingin menghindarinya setiap kali kelas ekstrakulikuler dimulai. Hal ini justru memberikan kesan buruk bagi anak. Seperti apa yang terjadi dengan Joni, dia mulai merasa tidak menggeluti bakatnya, karena tuntutan orangtuanya untuk berbalas budi dengan prestasi. 

Mengutip penelitian yang dilakukan di Arizona State University, menemukan bahwa rata-rata orangtua yang terlalu memaksa untuk mendapatkan prestasi yang baik di sekolah hanya akan berakhir dengan serangan depresi, kecemasan, harga diri rendah, bermasalah secara perilaku dan pelajaran. Berbeda dengan orangtua yang memfokuskan buah hati dengan membentuk karakter anak, contohnya rasa empati yang besar, punya belas kasihan dan mengembangkan keterampilan sosial. 

Seperti kritikan yang diungkapkan oleh Albert Einstein "Everyone is a genius. But, if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will live its whole life believing it is stupid". Jangan sampai kita membuat sang bauh hati merasa dirinya seperti ikan tersebut. Hal tersebut sangat menggangu perkembangannya. 

Jika balik ke pengertian awal, bakat itu muncul begitu saja tanpa paksaan. Koreksian untuk orangtua agar lebih memberikan kebebasan pada sang anak, tak perlu menuntut untuk selalu berprestasi. Biarkan mengalir begitu saja, yang penting orangtua tetap mensupport lahir batin. Ini mimpi mereka, bukan mimpi orangtua. 

Ini masa depan mereka, bukan masa depan orangtua. Jangan sampai orangtua menyesal dikemudian hari karena menuntut ini itu pada sang buah hati. Dan apabila orangtua merasa terbebani dengan biaya hidup untuk memfasilitasi anak. Mari merenung lagi, sudahkan orangtua menjadi orangtua yang sesungguhnya? Cukup dijawab untuk diri sendiri saja sebagai renungan. 

Pasti ada cara lain untuk memberikan pengertian pada anak tanpa menuntut anak untuk selalu berprestasi dengan bakat yang ia miliki. Orangtua bisa memberikan dukungan yang berbeda, yang mana hal tersebut  bisa membuat anak menemukan cara pandang yang berbeda tentang apa tujuan untuk menjadi yang terbaik dalam hidupnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun