Salah satunya kawasan konservasi Gede-Pangrango yang diminati para wisatawan untuk menghabiskan liburan dengan piknik, camping, atau bahkan mendaki gunung. Interaksi manusia dengan alam yang dibangun intens melalui kawasan pariwisata tidak lantas menjadikan manusia "peka" terhadap anomali yang alam berikan.
Itulah mengapa kita bertanya-tanya saat Cianjur dilanda gempa.
Mengapa hal itu bisa terjadi?
Seharusnya pertanyaan yang lebih tepat ialah:
Mengapa saya tidak mempelajari upaya mitigasi?
Sekali lagi, wilayah cincin api merupakan kawasan dengan dapur magma yang sewaktu-waktu dapat mendidih dan menumpahkan seluruh isinya ke permukaan. Tanpa alarm. Tanpa dapat diprediksi.
Sudah seyogyanya, peristiwa ini menjadikan cermin bagi kita semua. Empati terhadap sesama memang perlu, tetapi kesadaran untuk tidak mengulang kesalahan yang sama adalah upaya untuk melestarikan ingatan kita untuk peka dalam membaca gelagat alam.
***
Bagikan artikel ini jika dirasa bermanfaat :)