Mohon tunggu...
Siti Karomah
Siti Karomah Mohon Tunggu... MAHASISWA

Mahasiswa yang menjadikan puisi sebagai cara berbicara tanpa harus menjelaskan segalanya. Setiap kata adalah rasa, setiap bait adalah cerita yang tak selalu terlihat. Jangan lupa mampir dan ikuti akun sosial media saya🤗

Selanjutnya

Tutup

Horor

Kamar Nomor Tujuh (Part 2 Jangan Pernah Kembali)

25 Mei 2025   21:06 Diperbarui: 25 Mei 2025   21:06 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: desain ai 

Arin membeku. Gadis di bawah ranjang itu masih menatapnya dengan mata kosong. Bibirnya pecah-pecah, wajahnya pucat kehijauan, dan napasnya... tak terdengar.

"Pergi..." suara itu seperti desir angin yang memaksa masuk ke telinga Arin.

Lampu kamar berkedip cepat, lalu padam total.

Arin bangkit, menjatuhkan kursi saat melangkah mundur. Tangannya meraba-raba tembok mencari saklar. Tapi yang disentuhnya justru... kulit dingin.

Seseorang---atau sesuatu---berdiri di belakangnya.

Arin menjerit dan menoleh cepat. Tak ada siapa-siapa.

Lampu tiba-tiba menyala kembali, tapi kamar itu tak sama. Cermin di lemari kini retak. Di tengah retakan itu tertulis:

"Kau sudah melihat. Kau tak bisa pergi."

Arin berlari ke pintu, memutar knop. Terkunci. Ia menendang, memukul, memanggil. Tak ada jawaban. Pintu itu seolah tak pernah punya kunci keluar.

Tiba-tiba, suara tangisan lirih terdengar dari kolong ranjang. Tangisan yang berubah menjadi tawa melengking.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun