Mohon tunggu...
Siti Bunga Putri P.
Siti Bunga Putri P. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Untuk mulai menulis artikel.

Haloo!! Semoga tulisanku bisa menginspirasi para pembaca yaa!

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film Penyalin Cahaya: Tentang Penyintas Pelecehan Seksual yang Mencari Keadilan

25 Januari 2022   16:39 Diperbarui: 25 Januari 2022   16:41 3280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada satu adegan yang memberikan suatu kesan bahwa korban pelecehan seksual bukan karena pakaiannya. Ayah Sur telah memperingati Sur untuk tidak berpakaian terlalu terbuka dalam pesta, sehingga Sur memakai kebaya dengan dalaman lengan panjang. Walaupun sudah berpakaian tertutup, Sur tetap dilecehkan oleh pelaku.

Jika menonton dengan seksama, semua yang tidak memihak korban mayoritas adalah pria. Mereka menganggap laporan yang dibuat Sur hanya mengada-ada dan efek sehabis mabuk, lalu pelaku yang sembunyi dibawah kekuasaan, ayah yang membungkam sang anak yang telah menjadi korban, bahkan supir taksi daring yang ternyata bekerja sama dengan pelaku.

Akan tetapi, yang harus membuat kita sadar adalah bahwa korban pelecehan seksual tidak hanya terjadi pada wanita saja. Film ini membuktikan bahwa ada juga pria yang menjadi korban pelecehan seksual itu sendiri. Ia juga tidak berani untuk mengungkap perlakuan keji dari pelaku, karena ia sangat menyayangi teater Mata Hari yang telah menjadi pelariannya selama ini.

Ibu Sur mendukung perbuatan Sur setelah mengetahui anaknya ini difitnah setelah mendapat perlakuan tidak terhormat oleh pelaku dan pihak kampus. Sur dibawa ke rumah teman ibunya dan menginap di sana. Saat itu, dua korban mendatangi Sur dan mengajaknya untuk mencari bukti lain yang mungkin masih tertinggal. Ketika bukti sudah terkumpul dan Sur hendak melaporkan ke pihak berwajib, lagi-lagi suara korban pelecehan seksual harus terbungkam.

Sepanjang film, entah apa yang dipikirkan oleh penulis naskah, karena terlalu banyak adegan fogging demam berdarah pada sepanjang film. Sangat membuat tidak nyaman, karena adegan itu cukup menyesakkan. Peringatan "menguras, mengubur, menutup" yang dikumandangkan sepanjang fogging berlangsung ternyata memiliki makna tersendiri. Peringatan tersebut ialah bukti bahwa korban yang sudah menguras seluruh tenaga dan berupaya untuk mengumpulkan bukti, terpaksa harus mengubur bukti-bukti tersebut dan menutupnya. Korban dibuat tidak berdaya karena bukti-bukti tersebut telah hilang.

Akan tetapi, dibalik film yang terbilang sukses karena mendapatkan penghargaan sebanyak 12 piala citra FFI 2021 itu justru memiliki masalah pada salah satu penulisnya, yang ternyata adalah pelaku kekerasan seksual. Kasus ini terungkap beberapa hari sebelum film resmi tayang pada FIIB. Hal ini seharusnya bisa menjadi pembelajaran apabila ingin melangsungkan proyek film dengan tema kekerasan seksual, harus dijabarkan juga apakah kru yang berpartisipasi pernah melakukan hal tersebut atau tidak.

Kesimpulan

Penyalin Cahaya (Photocopier) merupakan film yang disutradarai oleh Wregas Bhanuteja yang awalnya diriliskan untuk acara Festival International Film Busan pada Oktober 2021. Film ini memiliki keberanian tersendiri karena dirilis saat sedang ramai-ramainya kekerasan seksual yang terjadi di Indonesia.

Isu yang diangkat memang sedang ramai diperbincangkan, yaitu maraknya kekerasan seksual yang terjadi di tanah air. Ada beberapa korban yang memang ingin mendapatkan keadilan, tetapi harus terkalahkan oleh kekuasaan yang dimiliki oleh pelaku. Sehingga suara yang dibuat oleh penyintas pelecehan seksual menjadi terkubur dan hilang begitu saja.

Padahal, jika ditelusuri dengan serius, bisa saja hal tersebut akan membuat korban berani dan pelaku akan jera, sehingga meminimalisir kejadian serupa. Harus diadakan pengawasan yang ketat, terlebih jika korban masih menjadi pelajar atau mahasiswa yang dibawah sistem akademi.

Pelecehan seksual tidak memandang jenis kelamin, entah perempuan atau laki-laki pun bisa saja menjadi korban. Target pelecehan seksual itu sendiri juga bukanlah berasal dari pakaian yang dikenakan oleh korban, jadi stigma menyalahkan korban atas pakaian yang dikenakan ini seharusnya tidak ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun