Mohon tunggu...
Siti Asiyah
Siti Asiyah Mohon Tunggu... Seniman - Pendiri https://www.pesanggrahan.de/

Pendiri "Pesangrahan Indonesia e.V https://www.pesanggrahan.de/ Pendiri Bonnindo Band 2016, Siti And Band 2017 https://www.facebook.com/siti.musik/ Pencetus Interkultureller Musik Projekt di Bonn sejak 2017 Pendiri Global Heroes Band 2019 Manager Matahari Band 2021 Penyanyi / Pencipta lagu 2021

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cinta yang Tak Terbatas Alam

15 September 2022   11:01 Diperbarui: 15 September 2022   11:57 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ketiga :

Aku sebenarnya sudah tidak memikirkan dia, karena sudah pamitan, sudah saling maaf memaafkan, dan sudah saling mengihlaskan kepergian dia. Hari ini di waktu yang sama yaitu sekitar jam 02.00 malam menjelang waktu untuk sholat malam. Dia datang lagi di saat aku posisi di dapur sedang masak seperti biasa. 

Aku bilang kau lagi datang padaku, tapi kali ini kau berpakaian rapi, pakai kopyah yang biasa kau pakai saat dulu, dengan baju putih biasa kalau kau main ke rumah dan menjenguk ayahku. Aku bertanya apa urusan mu sudah beres?

Dia menjawab iya, urusanku lancar dan sudah beres semua. Sambil tersenyum dia bercerita. Aku bilang lagi kenapa kau ada disini? dia bilang ya mau nemenin kamu sesuai janji aku dulu. Aku bilang , aku pikir kau lupa akan janjimu, katanya ngak cinta kok ingat janji segala kau ini gemana si?.  Dia bilang, tugasku di dunia kan sudah selesai? anak sudah besar, istri sudah kaya dan punya segala, anak sudah kuliah, sudah punya tabungan dan hidup sudah aman. Ya jangan begitu kau ini gemana si? 

Dia menjawab dengan santai, ini kehendakNya siti, jadi ngak usah banyak tanya dan jalani saja hidup ini seperti kodratnya.  

La terus kenapa kau santai-santai saja meninggal dunia?

dia menjawab, ya kan aku sudah bilang tugas aku di dunia sudah selesai, tinggal aku mau menepati janji aku padamu, dimasa tua aku ingin hidup bersamamu, dan ini lah janji aku. Kau ini bagaimana sih, kenapa harus mati dulu baru kita bisa ketemu? Dia tersenyum dan menjawab emang kenapa? Aku bilang dasar wong edan, pas hidup ngak mau kontak, udah meninggal datang? 

Dia menjawab, sekarang aku sudah mati aku sudah terbebas dari beban apapun, dan aku sudah lega, aku mau sama siapa saja , mau apa, aku sudah putus hubunganku dengan alam dunia. Alamku sudah beda, aku bebas mau kemana saja. Mau jalan-jalan, atau mau menengok saudara, atau mau menemani kamu pun bebas atau mau bersama kamu pun tidak ada yang bisa melarang dan cemburu, aku sudah mati bagi mereka. 

Waduh, kau ini mati saja bisa bercanda. Dia jawab, ya kan kau tahu siapa aku? emang dari dulu begitu.

Terus kamu bagaimana apa ngak bosan nungguin aku masak begini? ya enggak lah, kan dari dulu biasa begitu juga, nungguin kamu pas mandi, pas mau berangkat kerja, nungguin kamu kalau kau pas libur, dan pas kau mencuci baju. Bahkan aku nungguin kamu pas tidur biar ngak ngluyur kemana-mana (kebiasaan pura-pura tidur usai itu kau kabur).   

Iya si jawab aku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun