NU: Menjaga Tradisi, Menjawab Tantangan Zaman
Nahdlatul Ulama (NU) bukan sekadar organisasi keagamaan---ia adalah ruh dari Islam Nusantara yang moderat dan membumi. Sejak berdiri tahun 1926, NU mengusung ajaran Ahlussunnah wal Jama'ah yang damai, toleran, dan menghargai kearifan lokal. Namun dalam era global saat ini, NU ditantang untuk bersikap terhadap isu-isu besar dunia: demokrasi, hak asasi manusia (HAM), kesetaraan gender, hingga wacana khilafah.Â
1. NU dan Hak Asasi Manusia: Islam yang Memanusiakan
NU memaknai HAM sebagai bagian dari maqid al-syar'ah---tujuan luhur syariat Islam yang melindungi nyawa, agama, akal, keturunan, dan harta. Dalam praktiknya, NU bukan hanya bicara di forum-forum elite, tetapi hadir di tengah masyarakat:
Melatih ribuan santri untuk siaga bencana.
Mendampingi petani melawan korporasi di Kendeng.
Melindungi kelompok minoritas seperti Ahmadiyah dengan pendekatan damai.
NU tak ragu untuk mengkritik negara ketika HAM dilanggar, tetapi tetap berlandaskan adab dan nash agama.Â
2. Gender dalam Pandangan NU: Antara Realitas dan Tekstualitas
NU menyadari, isu gender seringkali menjadi ladang sensitif. Namun organisasi ini tidak tinggal diam.
Ada tiga arus besar di tubuh NU: