Mohon tunggu...
Siti Aisyah S.Pd M.Pd.
Siti Aisyah S.Pd M.Pd. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Pegiat Literasi, Seorang Pengajar di Kampus Swasta, Menjadi Abdi Desa, Ibu rumah Tangga dan Pegiat Literasi dengan CItati Google schoolar, dan Penulis Artikel Ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pena Pereda Kesepianku "Di kala Waktu Itu" Part 12: Fase Pemulihan Mental

8 Januari 2024   19:34 Diperbarui: 8 Januari 2024   19:58 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Part 12:

Sudah berlangsung selama 4 bulan, kondisiku fisik semakin baik, dan kata orang-orang yang ada disekitarku bahwa sekarang aku mulai gemuk, mungkin ini juga dipengaruhi oleh obat-obatan yang ku komsumsi, untuk menahan rasa sakit ini. Aku mulai berani keluar rumah, dan berinteraksi dengan orang-orang disekitar,  tapi ada lagi gosip yang membuatku tersisih di masyarakat, sesuatu masalah yang dianggap sangat serius, ini membuat keluarga semakin tersisih, dan membuatku semakin dibenci oleh orang tuaku, karena membuat mereke malu, tapi aku memberikan penjelasan kepada keduanya, bahwa apa yang dibilang oleh orang-orang disekitar adalah salah, mereka hanya mengira apa yang mereka lihat dan hanya mengada-ada saja tanpa ada bukti yang jelas.

Beberapa hari pertama kalinya aku tidak melihat ibuku keluar rumah ataupun berinteraksi dengan orang lain, tapi entah ini membuatku kuat dan bersikeras bahwa aku harus menunjukkan kepada semua orang bahwa aku tidak seperti pa yang mereka kira, hingga aku memberanikan diri untuk keluar kesana kemari, mulai ramah kepada semua orang, walaupun hati ini terasa sangat sakit, tapi inilah yang terjadi.

Dari sini juga aku mulai berani belajar naik motor, be;ajar keluar rumah sama teman-teman dan belajar berinteraksi dengan mereka. Karena pada waktu sekolaha dulu kadang dalam 1 hari aku tidak pernah berbicara kepada mereke karena waktuku dulu hanya tercurahkan kepada pelajaran semata, tanpa mempedulikan kehidupan sekitar.

Ketika belajar naik motor, aku tak menyangka ada seseorang yang memperhatikan samapi-sampai orang ini samapi ke samping rumah dan menanyakan tenatang diriku, aku sebenarnya tidak tahu tentang laki-laki itu, mengenai dia yang naksir sama aku atau yang lainnya. 

Tapi aku mengetahuinya, dari orang yang ada di samping rumah, ketika ada acara di depan rumah, dia langsung menanyakan kepada ibuku bahwa ada seseorang yang suka sama aku, mendengar hal itu aku langsung bilang bahwa aku tidak tahu hal smecam itu, karena memang selam ini aku tidak pernah mengenal namanya laki-laki.  Dan orang tuaku pun menolak tentang hal itu, karena dia adalah seorang nelayan dikampung, walaupun kata orang bahwa dia adalah orang yang baik, dan agamanya baik. Tapi akupun bersikeras menolaknya.

Dan Alhamdulillah, hal itupun tidak jadi, akan tetapi yang membuatku tersinggung, ketika acara di depan rumah berlangsung orang-orangpun menanyakan kepadaku, entah itu canda ataupun apa, mereka tidak mengira bahwa aku tidak pernah pacaran atau semacamnya, mereka melontarkan banyak pertanyaan agar aku kecoplosan tentang pernah pacaran tapi sia-sia saja mereka mau menanyakan apa tetap, hal itu tidak bisa diubah, karena memang seperti itulah faktanya,. Mulai dari pertanyaan pernah dekat sama laki-laki, tidak pernah ada laki-laki yang mendekati, tidak pernah main- main dengan laki-laki atau semacamnya.. tapi pertanyaan-pertanyaan ini sebagai sindiran mereka terhadapku. 

Akupun hanya bisa bilang tidak, sambil menyebarkan senyuman, tapi ketika sampai dirumah aku tidak bisa menyimpan air mata itu lagi, semuanya tertumpah ruah di balik kamar kecil itu. Hari demi hari kulalui, tanpa seharipun ku tak menangis di balik kamar ini.
Sudah selama 6 bulan aku berada dirumah, berada dalam kesunyian yang tak bertepi.  tanpa mengenal dunia pendidikan, tanpa mengaharpkan mimpi itu datang lagi. 

Tapi suatu ketika pendaftaran untuk kuliah di BONE telah terbuka. Ditengah siang yang panas itu, dibawah pohon mangga dimana orang-orang sering berkumpul di depan rumah, ada seseorang tetangga menanyakan kepadaku kenapa kamu tidak mendaftar kuliah? Ataukah memang kamu tidak ingin kuliah?" ungkapnya keadaku dengan nada penasaran dan sedikit nada yang tinggi karena memang orang-orang di samping rumah seperti itu.

Aku hanya terbelalak ,memandangnya dan melihat tatapan orang-orang disamping rumah, tanpa sadar air mata ini menetes tak henti-hentinya di depan mereka semua, aku mencoba untuk menutupi wajahku dengan tangan ini, tapi percuma saja mereka sudah melihat air mata yang mengalir di pipi ini, mata memerah tapi tidak ada suara tangis yang keluar, tanpa aadar aku langsung berlari ke dalam rumah, dan berlangsung 5 menit aku menangis tanpa adanya suara, tiba-tiba tanpa sadar aku berteriak tidak karuan, memukul-mukul kepala, menangis, menjerit seperti orang yang sedang kerasukan, aku tidak bisa lagi menahan rasa sakit ini, aku tidak bisa lagi mengontrol emosi ini, semuanya kukeluarkan, beban-beban yang ada dipikiran ini semuanya kukeluarkan dengan tenaga sekuatnya,

Mendengar suara jeritanku ini, orang-orangpun berlari masuk rumah tidak tahu akan apa yang terjadi, berganti-gantian mereka memegangku agar tidak memukul diri ini, tapi apa yang terjadi semuanya tidak ada yang bisa menahanku, sekarang semua orang semakin menangis melihatku, terutama kedua orang tuaku.. aku semakin menangis tidak karuan, menjerit tidak tahu ahrus berbuat apa-apa. Hal itu berlangsung sekitar 15 menit,  ini bukanlah pertma kalinya aku berteriak seperti orang gila didalam rumah, hal ini sering terjadi, ketika baru-baru aku sembuh dan ketika aku diingatkan tentang kuliah, sekolah dan hal yang berkaitan tentang itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun