Mohon tunggu...
Siti Aisyah S.Pd M.Pd.
Siti Aisyah S.Pd M.Pd. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Pegiat Literasi, Seorang Pengajar di Kampus Swasta, Menjadi Abdi Desa, Ibu rumah Tangga dan Pegiat Literasi dengan CItati Google schoolar, dan Penulis Artikel Ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Pena Pereda Kesepianku "Dikala Waktu itu" Part 9: Tifus

7 Januari 2024   21:45 Diperbarui: 7 Januari 2024   21:50 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Part 9: 

Mamaku pun langsung berteriak, menangis dan meninggalkan cucian iring yang ada di wc... dia pun bergegas untuk menjemputku.. dengan dibantu 2 orang wanita dekat rumah, aku di tuntun masuk rumah, dengan wajah pucat tak karuan... seketika itupun orang-orang dekat rumah semuanya masuk rumah,, ingin melihat apa yang terjadi. akupun langsung dibawa ke kamar dan membaringkanku.. 

tapi aku tidak ingin melepaskan tangan ibuku.. akupun langsung memeluknya dan menangis tak karuan,,, yang ada dipikiranku hanyalah, aku yang tak mampu hidup di sana, aku yang diberi kesakitan seperti ini, aku sangat putus asa akan kehidupan yang kujalani, aku menganggap waktu itu aku tak akan ada di dunia ini lagi.. Orang-orangpun pada ribut di rumah, bertanya-tanya tentang apa yang terjadi. orang tuaku hanya menjawab bahwa aku sedang kena tifus... dan orang-orangpun memberikan solusi untuk segera 

Membawaku ke rumah sakit terdekat, dan orang tuaku pun mengiyakan solusi ayng diberikan. Setelah itu, ibuku menelpon bapak, untuk segera pulang dan menyewa mobil untuk membawa ke rumah sakit.. dan memanggil tanteku untuk menemaniku, karena ibuku tidak bisa menemaniku kerumah sakit, karena aku memiliki seorang adik kecil yang masih berusia 4 bulan, dan tidak ada yang menjaganya. 

Siang harinya, pun saya di bawah ke puskesmas terdekat, untuk memeriksa kesehatanku,, di dalam proses pemeriksaaan aku memuntahkan semua makanan didalam perut, setelah dokter menyuruhku untuk menggerakkan kaki ke atas. Muntah berlumuran dimana-mana, dan tantekupun membersihkan ruangan pemeriksaan tersebut. 

Tapi alangkah terkejutnya aku ketika dokter yang memeriksaku mengatakan bahwa aku sedang diagnosa terkena usus buntu, dan harus segera dioperasi, dan kami dirujuk untuk ke rumah sakit di kabupaten. ketika itu aku langsung menangis di puskesmas, dan ayahkupun langsung memelukku. karena memang aku paling dekat dengan ayahku jika dibandingkan dengan ibuku, dan aku sangat manja jika aku sakit. 

Setelah sampai di rumah, aku langsung tidur, dan meminta makanan kepada orang tua, tapi aku tidak bisa mencerna makanan itu, walaupun itu adalah bubur, karena masih terasa sakit. Dan tidak ada yang enak. Ayahkupun menjelaskan kepada ibuku tentang penyakit yang kuderita, yaitu usus buntu, dan harus segera dioperasi.. tapi ibuku pun tidak setuju dengan hal itu, hingga ibukupun mencari berbagai cara agar aku tidak dioperasi, dan herannya diriku tentang kenapa aku diagnosa usus buntu padahal aku tidak suka makan cabe.

Ibukupun mencari pepaya masak untuk memberikanku, karena berhubung ada beberapa orang yang bilang, cara agar melancarkan pencernaan adalah makan pepaya. akupun memakannya tapi hanya satu suap, karena aku memang tidak suka pepaya. Waktu malamnya, akupun bermimpi sesuatu yang sangat aneh, tapi aku tidak tahu akan mimpi itu. Orang-orang yang ada di sampingku hanya menyatakan bahwa aku berteriak-berteriak meminta tolong, utnuk kembali... hhh... sungguh hidup yang tragis. Malam itu pun tak ada kata tidur, badan yang sangat lelah, terasa sakit, tapi mata yang tak mau terpejam, jika tidur hanya 5 menit saja, maka akan terbangun lagi. 

Pada pagi harinya, ada tetangga yang melihatku, dan menyarankan agar segera di bawah ke rumah sakit, atau jika memang orang tuaku, tidak ingin maka sebaiknya saja aku di bawah ke praktek karena di praktek kita bisa rawat jalan. Yah.. orang tuakupun setuju dan mempersiapkan segala peralatan, dan memberikan rekomendasi terlebih dahulu ke praktek tersebut, atau dengan kata lain, kita harus mendaftar terlebih dahulu, karena praktek ini sangat sibuk.

 Kami pun di jadwalkan untuk masuk jam 3 sore,, orang tuakupun membawaku dengan menyewa mobil kepraktek tersebut, tapi melihat kondisiku, orang-orang juga yang melakukan pengobatan juga menyarankan aku untuk melakukan rawat inap. Tapi orang tuaku tidak ingin, setidaknya aku harus melakukan rawat jalan. Dokterpun memeriksa, dan memberikan resep dokter yang harus di tebus. Dan ternyata yang dikatakan bahwa aku sedang mengalami tifus selama ini, dan memang sedang terkena diagnosa usus buntu, dan aku harus periksa setiap 1 minggu sekali.

 Akupun meminta surat keterangan dokter, untuk mengirimkannya ke universitasku, karena di sana tidak menerima keterangan dari teman saja. Jadi aku harus mengirim surat keterangan dokter dan kartu mahasiswa, untuk memastikan bahwa aku benar-benar sedang sakit, dan berhubung jadwal final kurang lebih 2 minggu lagi. Dalam perjalanan pulang, terasa sekali sakitnya, karena memang kebetulan jalan untuk masuk di kampung itu sangat jelek, sehingga badan ini terasa semua bergetar. Sedangkan bagaian perut yang kurang sehat seperti aku ini, terasa ingin muntah terus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun