Mohon tunggu...
Siti Aisyah S.Pd M.Pd.
Siti Aisyah S.Pd M.Pd. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Pegiat Literasi, Seorang Pengajar di Kampus Swasta, Menjadi Abdi Desa, Ibu rumah Tangga dan Pegiat Literasi dengan CItati Google schoolar, dan Penulis Artikel Ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pena Pereda Kesepianku "Kala Waktu itu" Part 1

5 Januari 2024   19:44 Diperbarui: 5 Januari 2024   19:47 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kadang ketika kita berada di keramaian, kita masih merasakan kesendirian yang tak bertepi. Kadang kita berda diantara orang-orang yang dekat dengan kita, kita masih merasa tak ada yang menemani, hanya merasakan ngonggongan anjing, meoongan kucing, serta kicauan para burung hantu yang menakutkan, yang membuat diri ini ingin pergi menjauh. Tapi langkah kaki yang tak bisa menaungi samudra kehidupan, dataran yang tak bertepi,,,, tapi ku tak yakin apakah aku masih bisa keluar dari hutan belantara ini,, aku takut akan semua binatang yang bisa menjadikanku santapan dan mengira aku mangsa, yang bisa mengenyangkan..

Kuberlari dan berlari mencari jalan, tapi entah semakin ku ingin melangkah semakin berat rasanya kaki ini melangkah
Kenapa ku disini?..... Kenapa begini?.......... kenapa hal ini terjadi padaku?.... apa salahku?....? Apa yang harus kulakukan?.......

Pertanyaan-pertanyaan ini selalu terlintas dalam pikiranku. Takkan pernah terusik oleh suatu hal yang semestinya aku lupakan, hal ini akan selalu kujadikan sebuah kenangan terindah dan terpahit yang pernah terjadi dalam dalam jejak menjalani suatu persinggahan di dunia fana ini.,

Pertama kali menginjak kaki di sana terasa diri ini sudah terusik dengan kegaduan yang terjadi di hati' yang sangat mengganggu pikiran ini! Sampai-sampai pada waktu yang sangat berarti itu mengapa aku tak meminta arahan dari mereka1 saran dari mereka dan untaian kata yang mereka lontarkan kepadaku.
'hai kenapa kau tak memilih ini? Ini baik untukmu.. kenapa kau memilih itu, itu nanti tak ada gunanya bagi kehidupanmu nanti???''

Itu kata-kata yang selalu kuingat sekarang  ini, tapi.. kenapa dulu aku tak mendengarkan mereka? Kenapa aku keras kepala pada waktu itu? Dan  why...why..... i just try that!!! Tak ada kata yang bisa mengungkapkan kekesalan ini..... bersedihh... bersedih dan try to move on. But i don't can 111
Yesterday i memang meminta petunjuk darinya lewat sujud tengah malam bersama dinginnya malam dan suara- suara serangga di belakang sawah pak desa pada waktu itu. tapi hanya sebagian yang hamba lakukan.1 Ia pun memberikan sebuah tandaNYA lewat mimpi.  
Lagi-lagi dan lagi aku membuat kesalahan aku tak bisa menafsirkan mimpi itu. Aku berpikir mungkin karena aku terlalu memikirkan hal tersebut sehingga terbawa kedalam mimpi.
Paginya lagi-lagi aku menceritakan mimpi itu kepada seorang temanku yang orangnya memang agak gaul dan playboy tapi kalau masalah agama , i percaya kepadanya. He is my friend.
hai boy" ungkapku.

ya,ada apa?' Ada masalah?... ''bagaimana menurutmu about this kuliah nanti rencana di mana?... banyak jawaban yang dilontarkan kepadaku? tapi entah mengapa'' jujur aku tak tahu sebenarnya dimanakah diriku ini? Apa keinginanku dan apa yang ku mau dahulu?  
Akhirnya di tengah percakapanku padanya''' terlintas dipikiran ini' akan terbayangnya mimpi yang tadi subuh terjadi dalam pertengahan tidurku''

'''suatu hari yang cerah semua siswa jurusan IPA, IPS di sekolahku dan banyak yang lainnya termasuk seorang siswi dan uni (TEMAN KARIBKU) yang bersamaku pada waktu yang sangat jelas itu aku berada di depan suatu istana yang kelihatannya sudah agak tua? Tapi ada ribuan siswa dan siswi yang sederajat denganku yang ingin masuk kedalam istana tua itu...

Bersambung....

Lanjut part 2 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun