Semarang - Mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Negeri Semarang (UNNES) angkatan 2024 mendapatkan penugasan khusus dari mata kuliah Psikologi Pendidikan yang dibimbing oleh Prof. Dr. Edy Purwanto, M.Si. dan Hasna' Pratiwi Kuswardani, S.Psi., M.Psi., Psikolog. Kegiatan ini berlangsung mulai 12 Agustus hingga 2 Oktober 2025. Dalam pelaksanaannya, mahasiswa turun langsung ke salah satu sekolah dasar di Kota Semarang. Melalui pengalaman ini, mereka bisa melihat lebih dekat bagaimana kegiatan belajar-mengajar berlangsung, sekaligus memahami dinamika sehari-hari di lingkungan pendidikan dasar.
Salah satunya adalah kelompok 9 dari Rombel 1. Mereka mencoba menangkap pengalaman nyata di sekolah dan menjadikannya bahan pembelajaran, sehingga apa yang dipelajari di kelas bisa lebih terasa relevan ketika dihubungkan dengan situasi nyata di lapangan.Di sekolah, setiap anak datang dengan karakter yang berbeda-beda. Hal tersebut sebenarnya hal wajar, karena pola asuh di rumah juga nggak sama untuk setiap anak. Nah, begitu mereka kumpul, jadilah warna-warni dinamika, dimulai dari belajar bareng, main bareng, kadang juga ada ribut kecil. Tapi lucunya, anak-anak punya kemampuan luar biasa untuk cepat berdamai. Nggak lama setelah konflik, mereka bisa main bareng lagi seakan nggak pernah ada masalah.
Yang sering jadi kendala justru orang tua. Kadang orang tua masih menyimpan rasa kesal ketika anaknya terlibat konflik, padahal untuk anak-anak itu hal biasa. Kalau orang tua langsung menegur anak lain, dampaknya bisa bikin anak jadi nggak nyaman bahkan mengganggu hubungan pertemanan. Di sinilah peran sekolah penting banget, bukan cuma buat mendidik anak, tapi juga buat ngajak orang tua memahami dinamika ini. Dengan kerja sama antara guru dan orang tua, anak-anak bisa tumbuh di lingkungan belajar yang lebih positif, nyaman, dan mendukung perkembangan mereka sepenuhnya.
Di era digital seperti sekarang, penggunaan internet dan HP udah jadi bagian sehari-hari bagi siswa. Sayangnya, kalau penggunaannya berlebihan, bisa muncul dampak negatif. Misalnya, anak-anak jadi terbiasa mengucapkan kata-kata yang kurang pantas, baik itu di media sosial maupun saat bermain game online. Melihat hal ini, pihak sekolah nggak tinggal diam. Sekolah berupaya memberikan pendidikan karakter yang lebih intensif, salah satunya lewat bimbingan pribadi Islam (BPI) untuk menanamkan nilai-nilai positif agar hal serupa tidak terulang lagi.
Selain itu, sekolah juga melibatkan orang tua melalui forum wali kelas. Tujuannya jelas untuk memberikan edukasi tentang penggunaan HP yang sehat dan bijak, supaya anak-anak tetap bisa memanfaatkan teknologi tanpa kehilangan sopan santun dan nilai karakter. Tantangannya, orang tua siswa datang dari latar belakang yang berbeda-beda. Ada yang cepat paham dan langsung menerapkan di rumah, tapi ada juga yang cenderung kurang peduli. Karena itu, kerjasama antara guru dan orang tua jadi kunci penting dalam mendampingi anak agar tetap tumbuh dengan karakter yang baik di tengah gempuran dunia digital.
Permasalahan karakter pada siswa sekolah dasar memang jadi perhatian tersendiri. Mahasiswa yang melakukan observasi di sekolah pun merekomendasikan agar pembinaan karakter dilakukan dengan langkah strategis. Bukan hanya lewat diskusi bersama orang tua, tapi juga melalui program pembiasaan positif dan keteladanan dari guru serta tenaga pendidik. Pembentukan karakter ini sebenarnya bisa dilakukan dengan cara sederhana namun bermakna. Misalnya, setiap pagi guru menyambut siswa di gerbang dengan senyum, salam, sapa, sopan, dan santun (5S). Rutinitas kecil seperti ini bisa bikin anak merasa dihargai sekaligus terbiasa bersikap ramah.
Sekolah juga bisa menghadirkan inovasi lewat "pojok karakter" --- sebuah sudut kecil berisi papan atau hiasan tempat menempelkan kata-kata positif dan simbol penghargaan. Saat ada siswa yang melakukan hal baik, seperti menolong teman atau menjaga kebersihan, ia bisa mendapat bintang kebaikan untuk ditempel di sana. Dari hal-hal kecil inilah anak belajar bahwa sikap positif bukan hanya dihargai, tapi juga bisa jadi teladan bagi teman-temannya. Dengan dukungan guru, tenaga pendidik, dan orang tua, lingkungan sekolah dasar bisa menjadi tempat yang bukan hanya mendidik secara akademis, tetapi juga menumbuhkan karakter baik sejak dini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI