Dengan beragam tantangan tersebut, Arab Saudi harus mulai membuka diri terhadap kebebasan. Baik dalam bidang sosial, ekonomi, maupun pemerintahan. Maka, melalui Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman, Saudi merespon tantangan tersebut dengan gagasan "Saudi Vision 2030 ".
Saudi Vision 2030 merupakan gagasan ambisius kerajaan yang hendak menjadikan negara lebih terbuka, baik dari sisi sosial masyarakat, perekonomian, hingga pemerintahan.
Dari sisi sosial masyarakat, negara hendak beralih menjadi negara moderat yang kedepannya akan mengakomodir kebebasan masyarakat. Dari sisi perekonomian, negara hendak melepaskan ketergantungan kepada minyak. Dan dari sisi pemerintahan, negara hendak membangun pemerintah yang lebih transparan (Mohammad, 2016).
Ditinjau dari perkembangan kajian mengenai gagasan Saudi Vision 2030, gagasan ini disebut sebagai kebijakan yang hendak melepaskan ketergantungan negara dari minyak. Dengan gagasan ini, strategi yang dilakukan adalah menarik investasi dari dalam maupun luar. Investasi tersebut akan difokuskan untuk membangun sektor ekonomi non - minyak.
Salah satu proyek terbesar dari sektor ini adalah Neom atau Neo Mustaqbal. Proyek ini akan menyulap kawasan Qiddiya menjadi tempat hiburan terbesar di dunia yang diproyeksikan akan mengalahkan Disney world milik Amerika Serikat (Veronica Yasinta, 2018).
Saudi Vision 2030 terdiri dari tiga pilar, yaitu A Vibrant Society, A Thriving Economic, dan An Ambitious Nation. A Vibrant Society memfokuskan program pada arah kerja pembangunan sosial Arab Saudi. Kemudian, Thriving Economy memfokuskan program pada pemmembangun ekonomi Arab. Dan terakhir ada An Ambition Nation yang akan fokus memperbaiki sistem pemerintahan.
Saudi Vision 2030 ini memungkinkan memberikan dampak yang signifikan terutama dalam kehidupan masyarakat yang akan menempati posisi keterbukaan publik yang mengarah pada pengaruh demokratisasi pada masyarakat civil.
Menurut Farid (2012: 135) beberapa unsur ataupun prasyarat Civil Society yang harus dimiliki oleh sebuah negara adalah, wilayah publik yang bebas (Free public sphere), demokrasi, toleransi, kemajemukan (pluralism), dan keadilan sosial. Saudi Vision 2030 inilah dapat dikategorikan perlahan mengarah pada pembentukan Civil Society.Â
Bila ditinjau lebih jauh kembali, Saudi Vision 2030 ini dapat memberikan pengaruh baik bagi Arab Saudi maupun Timur Tengah itu sendiri yaitu terdapat pergeseran nilai masyarakat, yang semula masyarakat konservatif menjadi masyarakat yang tebih terbuka.
Kemudian tingkat ekonomi yang bisa saja mengalami perkembangan yang signifikan menyebabkan adanya persaiang ekonomi antara negara dan invansi Amerika sebagai negara yang menerapkan sistem ekonomi kapitasis, menempati posisi yang berpengaruh besar bagi Arab Saudi. Â
Hal tersebut bergantung pada bagaimana Arab Saudi mampu mengemas Saudi Vision 2030 dengan tetap mempertimbangkan kondisi sosial budaya masyarakat Arab Saudi itu sendiri, karena hal ini pula tidak dipungkiri, mampu menghadirkan gejolak penolakan publik di sebabkan longgarnya kebijakan sosial masyarakat Arab Saudi yang terkenal dengan aturan keagamaan yang ketat.