Sudah lama tidak merekomendasikan film terbaru. Kali ini kembali mereview sekaligus merekomendasikan film yang sudah tayang di Netflit. Memang sudah tayang beberapa bulan yang lalu, tetapi film ini begitu layak dan cocok untuk dinikmati kapan saja.
Film yang berasal dari negara China berjudul Upstream telah tayang di Netflix. Bukan film action atau drama biasa. Film ini menyuguhkan cerita yang menyentuh sekaligus membuka mata penontnya lebar-lebar.
Buah karya dari Zheng Xu sebagai penulis naskah, sutradara, dan bahkan aktor utamanya. Cukup nyentrik karena semua peran dan posisi vital melibatkan dirinya. Didukung pula oleh penulis lagin, yaitu Keke He dan Zhiyu Qiu. Dibintangi pula oleh aktor lain, yaitu Zhilei Xin dan Xiao Wang.
Film Upstream menjadi tontonan yang menyegarkan untuk semua kalangan. Bahkan penggunaan bahasanya pun seolah menyiapkan film ini akan unjuk gigi secara internasional. Menggunakan bahasa Mandari, Inggris, dan China.
Bercerita tentang Gao Zhilei. Seorang anak, suami, dan juga ayah. Perannya begitu banyak membuat dirinya memikul beban yang sangat berat. Ia harus menghidup keluaraganya. Memenuhi kebutuhan sehari-hari, membayar cicilan, dan membiayai sekolah internasional untuk anaknya.
Sama seperti kepala keluarga pada umumnya, Gao bekerja keras dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Ia tak kenal lelah meski menempuh jarak yang cukup jauh untuk sampai ke kantornya. Itupun mengandalkan transportasi umum dan harus berdesak-desakan dengan penumpang yang lain.
Gao bekerja sebagai programmer di sebuah perusahaan aplikasi yang besar. Posisinya pun cukup terjamin, yaitu sebagai kepala divisi. Ia bekerja mati-matian dan begitu sering mengambil jam lembur. Kebiasaan ini membuat dirinya terserang diabetes. Meski begitu, tidak ada waktu untuk mengeluh. Ia tetap mengerjakan semuanya demi menghidupi keluarganya.
Sayangnya, nasib kurang beruntung menimpanya. Meski posisi yang ia raih berkat kerja kerasnya selama bertahun-tahun banyak diidam-idamkan oleh pegawain lain, Gao malah dipecat tanpa alasan yang jelas. Ia tidak terima dan begitu marah sampai memecahkan kaca. Gao merasa perusahaan sama sekali tidak menghargai kerja kerasnya selama ini. Pesangon yang ia dapatkan pun hanya sedikit.
Saat kejadian pemecatan itu berlangsung, seorang kurir makanan mengantarkan kopi yang dipesan Gao. Mood Gao yang sedang berantakan berimbas pada nasib kurir itu.Â
Gao membuat kopi itu ke tempat sampah di depan sang kurir dan memberikan rating buruk kepada sang kurir. Tak lupa juga dengan ucapan verbal yang tidak pantas Gao ucapkan pada seorang kurir makanan yang tidak bedosa.
Gao berusaha menutupi kejadian ini kepada keluarganya. Ia tetap berangkat pagi agar tidak dicurigai oleh keluarganya. Minimalnya, anggota keluarga tidak ikut pusing atau khawatir perihal keuangan.
Lambat laun semuanya terbongkar. Dimulai dari cicilan yang tak kunjung dibayarkan. Anggota keluarga pun menjadi tahu bahwa kini Gao tidak memiliki penghasilan.
Gao memutar otak untuk dapat menghasilkan uang. Ia mencoba melamar ke perusahaan-perusahaan dengan pengaman yang ia miliki. Sayangnya, begitu sulit baginya untuk mendapatkan pekerjaan. Mengingat usianya tidak muda lagi, sekitar 40 tahunan. Perusahaan lebih mencari pekerja yang berusia muda.
Tidak disengaja, Gao menguping perbincangan seorang kurir makanan yang sedang melakukan live di media sosialnya. Sang kurir yang masih berusia muda itu mencari tambahan uang melalui media sosial. Ia menyebutkan penghasilannya selama menjadi kurir.Â
Tergiur dengan informasi tersebut, Gao pun melamar menjadi kurir makanan. Namun ternyata tidak mudah seperti yang dibayangkan. Nasibnya bergantung pada rating pembeli jumlah orderan yang dia ambil.Â
Film Upstream seolah ingin menggambarkan bahwa roda kehidupan itu berputar. Ada kalanya di atas, tetapi juga ada kalanya di bawah. Manusia harus siap dengan siklus hidup seperti itu. Karena memang sejatinya tidak selalu suka saja yang terjadi dalam hidup.
Seperti nasib buruk yang menimpa Gao. Tidak ada angin atau hujan, Gao dipecat dari pekerjaannya. Seperti mimpi buruk di siang hari. Secara tiba-tiba Gao mendapatkan ujian yang begitu berat baginya.
Namun karakter Gao mengajarkan penonton untuk tidak menyerah dengan keadaan. Gao tetap berusaha dan pantang menyerah. Ia berusaha melihat peluang dan memanfaatkan kesempatan dengan sebaik-baiknya.
Profesi sebagai kurir makanan begitu jarang disorot atau mendapatkan panggung untuk dianalisis secara mendalam. Lewat film ini, penonton diajak untuk merasakan pahit manisnya kehidupan sebagai kurir makanan. Sebuah profesi yang kadang dianggap remeh dan bahkan tidak dihargai oleh pengguna jasa antar makanan.
Pengguna hanya sekadar melihat kemasan saja. Di mana kurir hanya sekadar mengambil pesanan di sebuah resto dan mengirimkan kepada pengguna sesuai dengan titik lokasi. Namun ternyata tidak semudah itu.
Perjuangan kurir makanan dimulai sejak mencari pengguna yang akan memesan makanan. Kurir berlomba dengan rekan kerjanya dan juga kurir dari jarak pengantar makanan yang lain. Setelah itu, kurir memesankan pesananan pengguna dan harus berlomba dengan waktu.Â
Hal tersulit adalah ketika mendapatkan sebuah resto yang padat pembeli. Tak jarang kurir harus mencari pesanan pengguna sendiri karena pihak resto keteteran dan hanya menyimpan di atas meja dengan asal.Â
Setelah mengambil pesanan, kurir mencari alamat pengguna. Kemudahan GPS tidak selalu tepat. Apalagi untuk pengguna yang meminta diantarkan sampai ke depan pintu rumah.Â
Kurir harus mengetahui rute jalan tercepat, menghindari macet, lampu merah yang lama, bahkan razia polisi. Ia juga harus mengetahui seluk belum setiap gang, perumahan, ruko, dan bangunan yang begitu megah dan tinggi.
Jika diulik lebih dalam lagi, sebenarnya film Upsteam menyuarakan isu-isu penting dalam dunia kerja. Misalnya seperti PHK tiba-tiba tanpa adanya pesangon yang cukup.Â
Perusahaan masih saja kolot dalam berpikir dalam memanusiakan pekerjanya. Seolah habis manis, sepah dibuang. Jika dianggap sudah tidak berkompeten, perusahaan dapat dengan mudah mengeluarkan pekerja dan menggantinya dengan yang lebih muda dan murah untuk dibayar.
Padahal sejatinya, karyawan adalah investasi yang begitu mahal dan berlaku jangka panjang. Sudah sepatutnya perusahaan mau berkompromi untuk menyesuaikan ekspektasi perusahaan dengan karyawan. Toh semuanya juga demi mencapai tujuan perusahaan. Termasuk jaminan akan rasa aman bagi karyawan yang masuk ke usia pensiun.
Film Upstream menunjukkan ketimpangan penghasilan yang didapatkan oleh kurir makanan. Mereka hidup dengan bayaran kecil yang bergantung pada ulasan buruk dari pengguna. Tidak ada kepastian penghasilan yang akan mereka dapatkan. Bahkan sekali saja mendapatkan ulasan buruk, akun kurir makanan terkunci untuk beberapa hari.
Selain itu, film ini juga menyentil tentang diskriminasi usia dalam dunia kerja. Seperti lowongan pekerjaan yang bertebaran di mana-mana, recruiter mencari calon pekerja yang serba bisa dengan bayaran yang mengenaskan. Termasuk meminta usia muda. Fenomena seperti ini seolah mengeyampingkan bahwa usia tidak mudak tidak memiliki kebutuhan untuk bekerja. Padahal di luar sana masih banyak para pekerja di usia tua karena tuntutan kehidupan.
Dari segi cerita, film ini begitu layak untuk dinikmati bahkan didisukisan lebih dalam lagi. Terlalu banyak nilai dan kandungan yang berarti. Sayang sekali untuk dilewatkan.
Sebagai penutup, dialog dalam film ini juga penuh makna. Seperti dialog, "Kita semua berusaha sangat keras untuk diri sendiri dan keluarga. Untuk itu, kita pantas mendapat rasa hormat dan hidup yang lebih baik."
Dialog ini mencoba mengingatkan penonton bahwa semua orang berusaha dengan caranya masing-masing. Dan setiap orang yang sedang berusaha begitu layak untuk dihargai.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI