Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Life Hack Artikel Utama

Etiket Jamuan Makan, Ditaati Aturannya atau Sekadar Adab?

16 Januari 2022   11:45 Diperbarui: 17 Januari 2022   06:56 1464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tamu restoran fine dining yang berpakaian rapi.| Sumber: SHUTTERSTOCK/VGstockstudio via Kompas.com

Pembaca Kompasiana, pernahkah Anda menghadiri undangan jamuan makan siang atau makan malam yang bersifat formal?

Duduk semeja dengan tuan rumah atau si empunya acara, atau melingkar bersama tamu undangan lainnya dalam rangka sebuah acara spesial.

Bila gelaran acara makannya prasmanan, mungkin kita lebih leluasa memilih hidangan yang tersedia. Mengambil secukupnya sesuai porsi, lalu kembali ke meja di mana kita duduk dan menyantap sambil berbincang santai dengan tamu lain yang duduk satu meja.

Namun apabila menu makanan telah disiapkan oleh si pengundang dan meja telah ditata sedemikian rupa sebagai bentuk formalitas acara, maka sebaiknya kita perlu mengenal aturan makan yang biasanya berlaku.

***

Ilustrasi Gambar: ujiansma.com
Ilustrasi Gambar: ujiansma.com

Saya mengenal istilah Table Manner ketika mengikuti kursus Export-Import semasa lulus kuliah. Training ini merupakan pembelajaran tambahan yang biayanya sudah termasuk dalam kegiatan kursus selama dua bulan.

Training ini juga sekaligus sebagai 'pesta perpisahan' bagi para peserta yang mengikuti kursus. Sehingga acara makan malam yang diselenggarakan di sebuah hotel ini, menjadi pengalaman pertama saya mengikuti jamuan makan.

Seperti yang disampaikan oleh Miftah Septiani -- Customer Relationship Management (CRM) PayTren Academy -- bahwa bukan tidak mungkin atau kita pernah suatu saat mendapatkan undangan jamuan makan baik itu di hotel, restoran atau di rumah.

Untuk itu, kita perlu mempersiapkan bekalnya. Bukan bekal makanannya, lho ya! Bekal yang perlu dipersiapkan adalah etiket atau sopan santun ketika menghadiri jamuan tersebut. Apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan? Berikut rangkuman tata caranya.

***

Ilistrasi gambar: https://images.solopos.com
Ilistrasi gambar: https://images.solopos.com

Sopan santun di meja makan

Anda sebaiknya duduk pada kursi yang sudah disediakan oleh tuan rumah dan jangan duduk pada kursi milik tamu lainnya. Sehingga Anda tidak dianggap merebut kursi orang lain.

Duduklah dari arah kiri dan sebaiknya angkatlah kursi, jika keperluan menjauh atau mendekat meja. Jangan menggeser atau menariknya dengan menimbulkan bunyi. Saran terbaik adalah posisi kursi tidak terlalu jauh dari meja, agar Anda mudah menjangkau makanan yang tersedia.

Duduklah dengan tegap. Siku dan lengan tidak berada di atas meja. Cukup tumpukan tangan Anda di pangkuan sendiri.

Jangan mengunyah makanan dengan mulut terbuka. Cukup mengunyah dengan tenang dan tidak menimbulkan suara. Apabila ingin mengobrol sejenak dengan tamu lainnya, lakukan saat Anda selesai mengunyah dan menelan makanan. Begitupun saat tamu lain baru saja menyuap makanan ke mulutnya atau sedang mengunyah makanan, sebaiknya tidak mengajaknya bicara.

Jaga barang bawaan pribadi Anda seperti gawai, dompet atau kunci kendaraan dalam tas. Sebaiknya tidak diletakkan di atas meja makan.

Saat makanan telah terhidang, hindari membubuhkan lada atau garam sebelum Anda mencicipi makanannya. Karena hal itu bisa menyinggung perasaan tuan rumah atas masakan yang disajikan. Silakan menambahkannya saat Anda tengah menikmati hidangan.

Jika sudah selesai makan, Anda disarankan untuk tidak mendorong piringnya. Biarkan saja posisinya sesuai tempatnya dan akan dibereskan oleh pelayan.

Jika melihat satu tamu undangan meminum obat sebelum makan, jangan menanyakan alasannya kepada orang tersebut.

Segeralah meminta maaf dan menutup mulut dengan serbet, apabila Anda tidak sengaja bersendawa.

Apabila tangan kiri Anda tidak dipergunakan untuk makan, maka letakkan saja di atas pangkuan dan gunakan tangan kanan Anda untuk melakukannya.

Penggunaan alat makan dan serbet makan

Gunakan pisau untuk melepaskan makanan yang susah dilepaskan dari garpu.

Ketika ada makanan yang terselip atau menyangkut di gigi atau mulut, maka pergunakanlah ibu jari dan jari telunjuk untuk mengambil makanan yang tersangkut. Jika tersedia tusuk gigi, silakan bisa digunakan. Dianjurkan untuk menutup mulut Anda dengan serbet saat melakukannya.

Pergunakanlah alat makan di bagian paling luar terlebih dahulu sesuai urutan penataan di meja makan.

Letakkan alat makan yang sudah dipakai di atas piring, bukan di atas meja.

Panggillah pelayan untuk mengambilkan alat makan yang baru, apabila jatuh atau kotor. Jangan mengambil dan mengelapnya lalu digunakan. Cukup meminta tolong kepada pelayan untuk menggantikan alat makan.

Gunakan sendok kecil untuk mencicipi makanan atau mengaduk minuman. Hindari meniup makanan atau minuman yang masih panas. Lebih baik aduk minuman hingga hangat atau dingin. Demikian juga dengan makanan.

Apabila tidak sengaja menumpahkan air minum atau sup, segera meminta maaf kepada tuan rumah dan panggillah pelayan untuk membantu membersihkannya.

Ketika memegang sendok dan garpu, pegamglah sendok di tangan kanan dan garpu di tangan kiri. Lakukan hal yang sama ketika memegang pisau dan garpu. Garpu tetap di tangan kiri dan pisau di tangan kanan.

Ketika menggunakan pisau, hadapkan mata pisau ke bawah. Hindari memotong semua bagian makanan menjadi potongan kecil sebelum dimakan. Cukup potong sebagian yang Anda perlukan untuk suapan pertama. Lakukan kembali untuk suapan berikutnya hingga selesai. 

Jika ada sesuatu yang ingin dikatakan, jangan mengangat alat makan ke atas atau mlambaikannya di udara. Hal ini biasanya terjadi secata reflek, saat mengobrol di sela menikmati makanan. Sehingga perlu dihindari.

Ketika menggunakan sumpit, gunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegangnya, dan jari lain unuk menopang.

Apabila dalam jamuan makan tersedia serbet pada jajaran meja (seperti lipatan kipas, berbentuk angsa, bunga dan kreasi bentuk serbet lainnya), tunggulah tuan rumah atau si pengundang mengangkat serbet terlebih dahulu. Hal ini sebagai penanda bahwa jamuan makan segera dimulai.

Sebaliknya, ketika tuan rumah meletakkan serbet pertama di atas meja, maka hal itu sebagai pertanda bahwa jamuan makan telah selesai.

Jangan mengibaskan serbet saat membuka lipatan oertama atau mengibas-ngibaskan serbet di udara. Cukup buka lipatan dengan tenang, perlahan dan hati-hati, meski serbet dibentuk sedemikian rupa oleh tuan rumah. Lalu, letakkan di atas pangkuan Anda.

Jika Anda ingin meninggalkan meja makan sejenak, letakkan serbet di atas kursi, jangan di atas meja.

Serbet boleh digunakan untuk membersihkan tangan atau melap bibir Anda yang terkena noda. Namun jangan gunakan sebagai handuk muka ya, pembaca.

Diakhir jamuan makan, Anda tidak perlu melipat serbet dengan bentuk semula. Cukup letakkan di meja pada sebelah kiri piring Anda.

Setelah undangan makan selesai, kirimkan surat basa-basi atau kontak telepon pribadi kepada tuan rumah atau yang mengundang untuk mengucapkan terima kasih atas jamuan tersebut.

***

Nah, uraian diatas merupakan etiket jamuan makan yang umum dilakukan, yang diserap dari tata cara internasional.

Lalu bagaimana adab makan dan minum dalam perspektif Islam? Kelak saya akan mengulaskan dalam artikel terpisah ya, pembaca.

Berbagi pengalaman saja dari saya selaku muslimah, Rasulullah SAW adalah panutan dan teladan dalam berbagai aktivitas kehidupan. Termasuk dalam soal adab makan dan minum.

Seperti hadist yang disampaikan beliau, bahwa:

Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin 'Ammar telah menceritakan kepada kami Al Hiql bin Ziyad telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Hassan dari Yahya bin Abu Katsir dari Abu Salamah dari Abu Hurairah, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Hendaknya salah seorang dari kalian makan dengan tangan kanan, minum dengan tangan kanan, mengambil dengan tangan kanan dan memberi dengan menggunakan tangan kanannya, sesungguhnya setan makan dengan tangan kiri dan minum dengan tangan kirinya serta mengambil (sesuatu) dengan tangan kiri." (Hadits Sunan Ibnu Majah No. 3257 - Kitab Makanan).

Ketika mengikuti training etiket jamuan makan yang tadi saya disampaikan di awal tulisan, trainer kursus mengajarkan saya dan para peserta lainnya, agar memotong makanan (seperti steak atau daging) menggunakan pisau di tangan kanan, lalu menyuapkan potongan makanan menggunakan garpu di tangan kiri.

Saya tentu saja menolak melakukan hal tersebut. Sempat saya bertanya kepada trainer, apakah saya boleh melakukannya dengan tetap menggunakan tangan kanan? Trainer mengatakan tidak boleh, karena aturan pakemnya sudah begitu. 

Teringat nasihat dan saran dari satu dosen saya yang telah sering melalang buana, menjadi pemateri seminar dan pelatihan, dan berbagi cerita tentang jamuan makan.

Saya menjalankan apa yang beliau pesankan. Gegara saya tidak mengikuti 'aturan pakem' yang disampaikan oleh Trainer dari pihak hotel yang mengadakan kursus, akhirnya saya dapat nilai C saat diumumkan hasil akhir di acara table manner tersebut.

Mengapa dapat nilai C?

Karena saya tetap menggunakan tangan kanan selama acara makan berlangsung, ketika sesi makan steak yang hanya menggunakan pisau dan garpu.

Sesuai aturan Table Manner dan materi tentang etiket jamuan makan di atas, memang aturannya, pisau di tangan kanan, garpu di tangan kiri. Iris daging secukupnya, lalu suap daging menggunakan garpu (makan tangan kiri). Dan saya menolaknya!

Yang saya lakukan atas pesan Pak Dosen: iris saja daging kecil-kecil sesuai porsi mulutmu, lalu letakkan pisau di atas piring, pindahkan garpu ke tangan kananmu. Makanlah sesuai ajaran Rasulullaah, makan pake tangan kananmu!

Apa yang terjadi?

Teman-teman satu meja dan Pemateri melihat saya dan geleng-geleng kepala. "Mbak Siska, gak kayak gitu caranya."

Dengan sopan saya menjawab, "Untuk sesi ini, sebagai muslimah, saya tetap menggunakan tangan kanan untuk menyuap makanan ke mulut saya." Saya mengganguk kecil ke arah teman-teman dan pemateri, sebagai tanda hormat, jika saya dianggap salah oleh mereka.

Memang tidak mudah menegakkan prinsip, tapi pesan Pak Dosen, sampaikan dengan santun alasan mengapa kita makan dengan tangan kanan, simple: I'am Moslem.

Semoga bermanfaat.

***

Referensi: 

1. Materi Kuliah Etiket Jamuan Makan Paytren Academy

2. https://www.hadits.id/hadits/majah/3257

Artikel 10 - 2022

#Tulisanke-310

#ArtikelTutorial

#NulisdiKompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Life Hack Selengkapnya
Lihat Life Hack Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun