Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

[Ramadan Penuh Hikmah] 5 Hal yang Dirindukan Saat Ramadan

16 April 2021   08:42 Diperbarui: 16 April 2021   08:44 1222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: https://darunnajah.com/belajar-al-quran/

Apakabar Pembaca Kompasiana yang setia?

Semoga di hari ke empat puasa ramadan ini, Anda masih tetap bugar dan sehat menjalankan aktivitas, ya!

Pada anggitan artikel kali ini, saya ingin berbagi cerita tentang hal-hal yang saya rindukan ketika ramadan tiba. Rindu dengan kegiatan yang biasanya dilakukan setiap tahunnya, apalagi sekarang masih di masa pandemi. Meskipun sudah agak sedikit longgar, namun protokol kesehatan tetaplah diutamakan.

Pertama, sudah pasti kangen Tarawih berjamaah di Masjid. Karena Tarawih hanya ada khusus di bulan Ramadhan. Sejak hari pertama puasa, kami melaksanakan qiyamul lail ini di rumah. Meski masjid di dekat perumahan kami mengadakannya, namun peserta salat berjamaah di sana pun di batasi. Sehubungan kami takbisa menakar seberapa banyak jamaah yang hadir, maka suami memutuskan agar kami melakukannya di rumah saja.

Rindu tarawih berjamaah, karena bisa saling bertemu dengan tetangga lain yang jarang kita sapa dalam keseharian. Pula berjumpa dengan para guru, ustadz dan ustadzah yang tinggal di lingkungan masjid. Ada rasa berbeda menyimak tausiyah secara daring atau menonton di televisi, dengan mendengarkan langsung dari imam atau penceramah. Motivasinya sangat terasa mengisi hati dan jiwa, bersamaan dengan salat berjamaah di rumah Allah. Bismillaah, pandemi segera berlalu, sehingga tahun depan, aktivitas ini bisa dilaksanakan dengan normal tanpa khawatir akan wabah penyakit.

Kedua, buka bersama dengan keluarga besar atau sahabat. Ya, pembatasan berkumpul pastonya kita hormati dan taati di amsa pandemi. Mengurangi aktivitas berkunjung, menjadi hal yang harus kami tegakkan pula. Begitupun saya, yang biasanya di hari pertama buka puasa bersama di keluarga kakak, kali ini tidak kami lakukan. Pula kegiatan bukber bersama sahabat atau satu kelompok kajian. Kami putuskan untuk tidak melakukannya, sehubungan masa pandemi masih diberlakukan.

Ketiga, rindu hadir di majelis ilmu. Melingkar bersama dalam mendapatkan ilmu-ilmu baru bersama ustadz dan ustadzah pembimbing secara langsung di tempat, banyak tersebar di beberapa agenda. Namun kini hanya dilaksanakan secara terbatas, sehingga alternatifnya mengikuti secara daring. Alhamdulillah saya berkesempatan mengikuti satu kali kajian secara terbatas jelang ramadan. Rasanya, sangat luar biasa senangnya. Hampir setahun lebih takberjumpa langsung dengan kawan-kawan sekelompok kajian. Namun apapun keadaanya, tetap bersyukur atas nikmat ilmu.

Keempat, apalagi kalau bukan tilawah bersama. Seringnya di sebut taddarusan. Meski sudah hampir 7 tahun saya bergabung di komunitas One Day One Juz, mengaji bersama dari rumah masing-masing dan melaporkan kholas melalui grup whatsapp, pasti berbeda rasa jika kita tilawah bersama sembari menyimak bacaan masing-masing peserta. Semangat untuk berbagi ilmu tentang makhrajul huruf, sifat huruf, perbaikan bacaan bagi yang belum lancar, belajar kembali tentang ilmu tajwid dan gharib, khatam bersama selama bulan ramadhan, adalah kerinduan atas keberkahan ilmu dan berkumpul bersama para emak sholehah.

Alhamdulillaah, kali ini saya mendapat amanah dari para emak di lingkungan rumah, agar anak-anaknya kembali belajar mengaji, memperbaiki tahsinnya, kegiatan tatap muka yang kami rindukan, pun kami batasi jumlah peserta anak didik. Harapannya, orangtuanya kelak juga turut belajar, sehingga ngajinya anak-anak terus berlanjut dan terpantau latihannya di rumah usai ramadan.

Kelima, saya rindu mudik! 

Aaiih, baru juga hari keempat, pikiran saya melayang membayangkan kumpul bersama keluarga besar yang hampir tidak mudah saya lakukan saat ramadan hingga lebaran tiba. Sejak menikah dan merantau di Samarinda, hampir kami takbisa -- tepatnya, belum bisa -- melakukan mudik untuk melepas rindu dan saling bermaafan secara langsung bertemu keluarga. Kami bisa mudik beberapa tahu sekali, itu pun hanya saat ada acara keluarga seperti keponakan menikah atau libur sekolah. Pun sejak memiliki gawai android, mudik kami lakukan dengan silaturahim melalui video call kepada keluarga. Mereka berdoa dan berharap suatu saat kami bisa merayakan ramadan dan lebaran bersama mereka. Begitu pula sahabat-sahabat kami yang tinggal berjauhan kota. 

Bismillaah, dalam keadaan sehat dan pandemi berlalu, kelak kami bisa saling berpelukan meleburkan rindu.

Izinkan kami terus khuyuk beribadah selama ramadan, berharap panen pahala, menuai keberkahan, mendapatkan ampunan. Sungguh di bulan mulia ini, setiap aktivitas diniatkan untuk ibadah. In syaa Allah, Allah ridho atas apa yang kami lakukan.

Tetap semangat, ya Pembaca Kompasiana.

Jaga kesehatan selalu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun