Saat rantai sepeda anak longgar, ringan tangan Ibu bantu membenahi seperti semula agar bisa dikayuh lagi. Saat urusan kompor macet, ditelusuri dan ditangani pula agar kegiatan masak-memasak bisa kembali lancar.Â
Begitu pula dengan tanaman obat keluarga (toga) di pekarangan rumah. Tersedia cabe, tomat, lengkuas, sereh, jeruk dan lain-lain, yang ditanam untuk keperluan bumbu atau obat keluarga saat diperlukan. Berkebun dengan tanaman ini, pun para emak dibekali ilmu oleh ahlinya dari perkumpulan kesejahteraan keluarga di lingkungan masyarakat setempat.
Kedelapan, Ibu Rumah Tangga pun harus belajar tentang ilmu psikologi dan komunikasi.Â
Saat ia harus menata kesabaran dan mengatur emosi agar takbawel terus-menerus soal urusan anak dan rumah. Menjaga omongan baik yang senantiasa disampaikan kepada anak dan suami.Â
Ya, disiplin kata adalah kunci komunikasi positif dalam keluarga. Karena omongan adalah doa, jangan sampai mulut emak berisi sumpah serapah yang berakibat pada rasa taknyaman dan taktentram dalam rumah tangga.
Kesembilan, Ibu Rumah Tangga pun belajar mendapatkan penghasilan. Tak harus mengandalkan uang bulanan dari suami, para emak bisa mendapatkannya melalui ketrampilan dan pengetahuannya di bidang yang ia sukai.Â
Berangkat dari hobi seperti memasak, ia bisa jualan hasil masakan kepada tetangga atau pelanggan. Hobi tanaman hias, ia bisa berbagi ilmu dan jualan tanaman tersebut.Â
Ketrampilan rias pengantin, potong rambut, mengajar privat, mengajar mengaji, dan masih banyak hal positif yang dilakukannya, mengalirkan pundi-pundi rupiah dalam keuangan keluarga. Meski bukan pencari nafkah, tetapi dengan uang sendiri, ia bisa berinfaq, sedekah, berbagi dengan saudara-saudaranya, tidak menggangu uang dapur suami, bahkan bisa bayar uang arisan. Asyik, kan?
Sepuluh, ibu rumah tangga pun belajar segala hal untuk kecermatan.Â
Cermat dalam memilih dan memilah hal-hal baik bagi diri dan keluarganya, mengatur waktu sejak bangun pagi hingga bangun esok lagi, baik untuk kegiatan dirinya sendiri maupun dalam menangani urusan rumah. Pula mesti cermat dalam menegakkan aturan dan kedisiplinan bagi anggota keluarga, agar dalam penerapannya tidak melenceng.Â
Cermat dalam memberikan apresiasi dan hukuman positif bagi anggota keluarga sebagai wujud motivasi kehidupan berumah tangga. Cermat mengatur keuangan, dan masih banyak lagi.