Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melayani dengan Hati

29 Oktober 2020   08:59 Diperbarui: 29 Oktober 2020   09:10 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak jauh dari komplek rumah kami, terlihat mobil bak terbuka, bertutup terpal di bagian atas dengan tiang besi sebagai penyangganya. Persis di bagian belakangnya terpasang etalase kaca ukuran sedang, menjajakan aneka lauk yang bisa kita beli sesuai selera. Tersedia pula termos, beberapa gelas, gula dan persediaan untuk minuman. 

Terpasang pula spanduk kecil yang memudahkan orang untuk mengetahui apa saja yang tersedia dalam dagangannya. Mobil terparkir tepat di bawah pohon rindang pinggir jalan. Rupanya si penjual juga menyediakan 1 meja kecil dan 4 kursi bagi yang ingin menikmati menu yang tersaji di tempat.

Tampak beberapa orang berkerumun untuk membeli. Saya baca spanduk itu tertulis 'sedia nasi pecel', menu sarapan yang sangat digemari oleh suami. Kami pun turut mengantri. Saya perhatikan ibu penjual begitu ramah. Senyum senantiasa menghias wajahnya dan tangannya cekatan membungkus permintaan pelanggan. Sang suami pun tak kalah sigap membantu menyediakan minuman.

Tiba giliran beliau melayani kami. Sama seperti sebelumnya, dengan ramah beliau bertanya mau beli apa, lauk yang mana, mau seberapa banyak, dan senyum itu selalu tersungging di wajahnya. Diselingi obrolan kecil berbahasa jawa yang cukup asyik, kami pun saling berkenalan. Bu Isti dan Pak Samijo, demikianlah nama mereka. Sejak itulah kami menjadi pelanggan beliau mulai tahun 2016-an.

Seiring waktu dan keuletan beliau berdua berjualan nasi pecel dan aneka lauk sarapan lainnya, beberapa bulan kemudian mulailah mereka membuka warung sederhana di lingkungan halaman Panti Asuhan Ruhamaa, tepatnya di Jl. P. Suryanata, Samarinda. Dengan menyewa tempat di sudut halaman area panti asuhan, persis berdekatan  dengan pintu ke luar parkiran motor yang disewakan untuk para pekerja tambang batubara, mereka pun menambah menu masakan lain. 

Pak Samijo memdampingi istri tercintanya berjualan ketika sedang off  dari jadwal kerjanya. Saat kami menikmati sarapan di tempat, kadang kami ngobrol ringan layaknya keluarga.

Boleh dikata, hampir tiap pagi saya membeli sarapan di warung Bu Isti. Saya hanya masak di siang atau sore hari untuk menu makan malam, membuat saya menjadi pelanggan setia beliau. Perhatian wanita paruh baya itu kepada kami cukup besar. Beliau sangat hafal dengan kebiasaan menu apa yang kami sukai. Bahkan ia tak segan mengolah menu yang kami inginkan. Ya, Allah, beliau baik banget.

Dok.Pri Pak Samijo
Dok.Pri Pak Samijo

Kebiasaan Bu Isti yang saya perhatikan dalam melayani pembeli adalah keramahannya. Wanita berhijab inj tak sungkan menyapa duluan, menyambut kami dan pelanggan lain, layaknya menyambut tamu. Lalu sigap melayani permintaan pembeli, tetap senyum dan ramah. Kadang terdengar tawa renyahnya. Satu hal yang saya perhatikan detail, ibu hafal dengan nama-nama pelanggannya. 

Ia sebut dan sapa pelanggan dengan nama masing-masing, kecuali bagi pelanggan baru. Ibu akan perlahan menghafalnya, kemudian kelak datang lagi, akan disebut namanya. Seakan kami adalah keluarganya, anaknya, temen baiknya. MasyaAllah. Seakan kami bukanlah orang lain baginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun