“Nak, Tuhan itu wajib ada—wajib al-wujud,Dialah titik awal kehidupan. Fakta keberadaan Tuhan, alam ini ada. Dialah yang Esa, tercermin dari kesatuan sistem perintah (amr). Fakta bahwa hanya satu sistem perintah. Kau tahu sendiri, nak! Bagaimana kalau lebih dari satu sistem perintah di alam ini? Maka tidak ada sesuatu yang serupa denganNya,” tandas Jusna.
“Dan, meski kau tahu, Nak! Tuhan tidak bertempat tinggal di langit, ataupun di mana saja. Yang bertempat tinggal hanya ciptaanNya. Dialah sebab yang tak bersebab—sebab dari segala sebab,” ia merangkan penuh hati-hati.
“Alam semesta, termasuk kita, Nak! adalah bagian, sedangkan Tuhan melingkupi bagian, sebab Dia adalah keseluruhan. Hanya keseluruhan yang menampung bagian. Sebagai contoh, Nak! Misalnya, telur adalah bagian. Sedangkan alam semesta adalah keseluruhan. Alam semesta tidak bisa dimasukan kedalam telur sebab keseluruhan tidak bisa ditampung oleh bagian. Tetapi sebaliknya, yang bisa menampung telur adalah alam semesta, atau keseluruhan yang bisa menampung bagian”.
“Nak! Bukan Tuhan yang tidak bisa dilihat. Hanya kita (ciptaan) yang terbatas. Apalagi mata kita. Sebab, kita atau mata kita adalah bagian, bukan keseluruhan. Yang terbatas sajalah yang tampak. Tuhan tidaklah terbatas, Tuhan melingkupi segalanya. Dan, bahkan segala juga termasuk bagian. Maka, itu bukanlah esensi Tuhan. Sesuatu hanya sama dengan dirinya,” Jusna menerangkan penuh khidmat.
Ishak R. Boufakar:Siswa Literasi Paradigma Institute Makassar. Suka kopi, puisi, dan melukis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI