Mohon tunggu...
Sisca Wulandari
Sisca Wulandari Mohon Tunggu... Dosen, Mahasiswa S3, Traveller

Penulis Buku Anti Korupsi dan Aktivis Pencegahan Kekerasan Seksual. Penjelajah Wisata Berbagai Negara. Mom satu anak yang bekerja sambil kuliah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Siapkah Sekolah Kalian Menerapkan Deep Learning?

23 Mei 2025   09:00 Diperbarui: 24 Mei 2025   00:13 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakarta. Pendekatan deep learning dalam pendidikan semakin menjadi sorotan global sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Di Indonesia, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti menekankan bahwa deep learning bukan sekadar metode menghafal, melainkan pendekatan yang menekankan pemahaman mendalam, penerapan konsep secara nyata, serta pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti pemecahan masalah dan kolaborasi. Pendekatan ini dikenal dengan istilah "Pembelajaran Mendalam".

Potret Perkembangan Kurikulum di Indonesia Beserta Fokus Utamanya

TahunNama KurikulumFokus UtamaPenjelasan1947Kurikulum 1947Pembelajaran dasar kebangsaan dan karakterMengedepankan pendidikan dasar yang mencakup Bahasa Indonesia, sejarah, dan dasar-dasar pendidikan nasional.1968Kurikulum 1968Sistematisasi pendidikan dan pengembangan karakter bangsaFokus pada pengembangan pendidikan sistematis yang meliputi disiplin ilmu dasar dan kemampuan berpikir kritis.1975Kurikulum 1975Penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan teknisLebih menekankan pada keterampilan praktis dan ilmu pengetahuan, dengan kurikulum yang berbasis pada pengetahuan ilmiah dan teknis.1984Kurikulum 1984Peningkatan kualitas pendidikan untuk penguasaan ilmu pengetahuan dasarBerorientasi pada pemahaman materi akademik yang lebih dalam, serta pengembangan keterampilan teknis di berbagai bidang ilmu.1994Kurikulum 1994Pengembangan keterampilan hidup dan pengetahuan akademisFokus pada pengembangan keterampilan hidup dan kreativitas, meskipun masih didominasi oleh pengajaran berbasis nilai ujian dan teori.2004Kurikulum 2004 (KTSP)Standarisasi pendidikan dan fleksibilitas dalam pengembangan kurikulum sekolahKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memberi kebebasan bagi sekolah untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan lokal, dengan fokus pada pembelajaran yang lebih kontekstual.2013Kurikulum 2013Pengembangan kompetensi dan karakter siswa melalui pendekatan tematik-integratifFokus pada kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang holistik, dengan penekanan pada karakter dan pembelajaran berbasis kompetensi.2020Merdeka BelajarPembelajaran berbasis kompetensi, proyek, dan profil pelajar pancasilaMerdeka Belajar memperkenalkan pembelajaran yang lebih fleksibel.2025Merdeka Belajar dan Pendekatan Deep LearningPembelajaran berbasis pada pemahaman mendalam, teknologi, dan keterampilan abad ke-21Merdeka Belajar memperkenalkan pembelajaran yang lebih fleksibel, menekankan pada pemahaman mendalam (deep learning), serta integrasi teknologi seperti coding dan AI.

(Sumber:Pribadi)
(Sumber:Pribadi)

Deep Learning Itu Pendekatan Bukan Kurikulum Baru

Pendekatan deep learning bukanlah kurikulum baru, melainkan sebuah cara pandang dan metode dalam proses pembelajaran yang menekankan pemahaman mendalam, bukan sekadar hafalan atau reproduksi informasi. Pendekatan ini berfokus pada pengembangan kemampuan berpikir kritis, reflektif, dan analitis melalui aktivitas belajar yang bermakna dan kontekstual. Deep learning mendorong siswa untuk mengaitkan pengetahuan baru dengan pengalaman sebelumnya, mengeksplorasi konsep secara menyeluruh, serta mengembangkan keterampilan memecahkan masalah di dunia nyata. Seperti yang dijelaskan oleh Fullan, Quinn, dan McEachen (2018) dalam bukunya Deep Learning: Engage the World, Change the World, deep learning adalah "sebuah pendekatan pedagogis yang memungkinkan siswa menjadi pembelajar aktif, bukan penerima pasif informasi." Dengan demikian, pendekatan ini dapat diterapkan dalam berbagai kurikulum yang sudah ada, tanpa harus menggantinya. 

Tujuan utama pemerintah mengadopsi pendekatan deep learning dalam pendidikan adalah untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul, adaptif, dan mampu menghadapi tantangan abad ke-21. Pendekatan ini diharapkan mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kolaboratif, kreatif, dan komunikatif pada peserta didik, sekaligus memperkuat karakter dan nilai-nilai kebangsaan. Melalui pembelajaran yang lebih mendalam, kontekstual, dan bermakna, pemerintah berharap peserta didik tidak hanya menguasai materi pelajaran, tetapi juga mampu menerapkannya dalam kehidupan nyata dan menjadi problem solver di masyarakat. Seperti dijelaskan dalam kebijakan Merdeka Belajar, pendidikan di Indonesia kini diarahkan untuk tidak lagi sekadar mengejar angka dan nilai ujian, tetapi lebih pada pencapaian kompetensi dan pembentukan profil pelajar Pancasila sebagai wujud peserta didik yang utuh dan berdaya saing global. 

Penerapan pendekatan deep learning di Indonesia baru dimulai belakangan ini karena berbagai faktor struktural dan kultural yang menghambat transformasi pendidikan. Selama bertahun-tahun, sistem pendidikan Indonesia lebih berfokus pada kepatuhan terhadap kurikulum nasional yang kaku dan penilaian berbasis ujian nasional, yang membuat inovasi pedagogis sulit berkembang. Selain itu, keterbatasan pelatihan guru, infrastruktur teknologi, dan minimnya kesadaran akan pentingnya keterampilan abad ke-21 menjadikan pendekatan seperti deep learning belum menjadi prioritas. Namun, dengan semakin terbukanya akses informasi global, tekanan dari revolusi industri 4.0, serta kesadaran akan rendahnya literasi dan numerasi siswa berdasarkan hasil asesmen internasional seperti PISA, pemerintah mulai menyadari pentingnya pembelajaran yang lebih bermakna. Karena itu, deep learning kini dilihat sebagai jalan untuk mengejar ketertinggalan dan menyiapkan generasi muda menghadapi tantangan masa depan secara lebih kompeten dan kontekstual. 

Pendekatan deep learning dalam pendidikan berdiri di atas tiga pilar utama: pembelajaran bermakna (meaningful learning), keterlibatan aktif siswa (student engagement), dan pengembangan kompetensi holistik. Pembelajaran bermakna menekankan pentingnya mengaitkan pengetahuan baru dengan pengalaman dan pemahaman sebelumnya, sehingga siswa tidak sekadar menghafal, tetapi benar-benar memahami dan mampu menerapkan konsep dalam konteks nyata. Pilar kedua, keterlibatan aktif, mendorong siswa untuk berperan sebagai subjek pembelajaran berpikir kritis, berdiskusi, bereksperimen, dan merefleksikan proses belajarnya sendiri. Sedangkan pilar ketiga, pengembangan kompetensi holistik, menekankan penguatan keterampilan abad ke-21 seperti kreativitas, kolaborasi, komunikasi, dan karakter, termasuk etika dan empati. Ketiga pilar ini bekerja secara sinergis untuk menciptakan proses belajar yang mendalam, relevan, dan transformatif. 

Integrasi Teknologi Coding dan Kecerdasan Buatan (AI) dalam Pendekatan Deep Learning

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun