Sejak dahulu emas merupakan logam mulia yang banyak diburu oleh manusia. Misalnya, demam emas yang melanda California.
Aku pernah berbincang dengan Zirwan, pengungsi UNHCR yang merupakan Suku Khurdi. Lulusan Teknik Sipil bermata biru tersebut berkata, "Saat kekuasaan Saddam Hussein runtuh, kami hanya sempat membawa bekal perhiasan emas yang disembunyikan dalam saku pakaian yang dijahit tersembunyi. Bahkan, kami sembunyikan dalam lipatan sorban. Hanya nilai emas yang stabil ketika terjadi perang."
Tahan inflasi dan krisis ekonomi, emas lebih stabil dibanding saham dan crypto
Â
Emas merupakan investasi jangka panjang yang tahan inflasi dan krisis ekonomi. Walaupun profitnya lebih kecil dibandingkan investasi saham ataupun crypto, emas lebih kecil risiko kerugiannya. Ketika memperhitungkan profit emas, sebaiknya dipertimbangkan nilai inflasi. Saat nilai emas naik, itu saatnya menjual aset emas (sebaiknya tidak seluruh aset dijual agar tetap memiliki aset emas). Sebaliknya, saat nilai emas turun, itu saatnya membeli aset emas.
Crypto merupakan investasi paling berisiko karena fluktuatif. Pasar crypto sangat cair karena dibuka selama 24 jam. Belum lagi risiko scam dari token-token mecin (token yang tidak menjadi fee dalam blockchain, misalnya Babydoge, TORG, Quack, dll). Sementara saham merupakan investasi yang lebih rendah risiko dan profitnya dibandingkan crypto. Risiko dalam saham terletak pada kredibilitas platform, saham gorengan, dan faktor makro ataupun mikro terkait ekonomi.
Investasi emas digital di Pegadaian bisa dimulai hanya dari Rp 10 ribu
Pak Abin, penjual batagor asal Majalengka yang gerobaknya mangkal di sebrang SDN Kedunghalang 3, Karadenan, Kabupaten Bogor, berkata lirih, "Jualan di sini agak sepi. Coba aku bisa berjualan Batagor AA di sekolah yang lebih ramai. Entah kapan aku bisa meraih mimpi untuk memiliki rumah sendiri..."
Mimpi Pak Abin bukanlah hal yang tak mungkin. Ia sudah giat berdagang. Bahkan, ia sedang mengurus sertifikasi Halal dengan program Self Declare yang bebas biaya. Dengan Halal, ia dapat memperluas pangsa pasar, meningkatkan nilai tambah produknya, meningkatkan manajemen mutu, dll. Dengan adanya Pegadaian MengEMASkan Indonesia, Pak Abin bisa menggapai mimpinya dengan menyisihkan profit usahanya. Dalam sebulan penjualan batagornya sekitar Rp 3 juta. Ia bisa mulai menabung emas digital minimal Rp 10 ribu.
Serupa dengan Pak Abin, Bu Emma yang berjualan lontong sayur, pisang keju cokelat, dan mpek-mpek di Jl. Mandor Naiman No. 65, Karadenan, Bogor juga mengeluh pangsa pasar yang terbatas. Padahal rasa kulinernya sangat enak, terutama tekstur lontongnya yang sehalus sutera tanpa bleng (boraks). Harganya pun terjangkau. Lontong sayur Rp 6 ribu. Sementara pisang keju cokelat ataupun mpek-mpek seharga masing-masing Rp 5 ribu. Kulinernya terbuat dari bahan-bahan yang terjamin kehalalannya. Perilaku konsumen  yang sangat hemat dan menginginkan pesan antar, membuat barang dagangan Bu Emma kurang laku. Penjualannya sekitar Rp 50 ribu/hari. Karena modal Bu Emma terbatas, ia tak bisa berjualan setiap hari. Solusinya, preorder dan menawarkan Jumat Berkah.
Bu Emma belum memiliki smartphone agar interaktif dengan para konsumennya. Sebaiknya, ia berjualan online dengan bantuan ojek online agar pangsa pasarnya semakin besar. Tentu hal tersebut memerlukan tambahan modal.
Khusus area Karadenan, bocah cilik merupakan target pasar yang menjanjikan dengan daya belinya Rp 1 ribu. Misalnya, pisang cokelat beku, cakwe mini, sempol, dll.