Disclaimer: Selama tinggal di rumah gadai di lereng Gunung Salak selalu ada banyak kejutan.
Tetangga sebelah merupakan D, perempuan setengah baya yang Almarhum suaminya merupakan pengusaha properti. Ia tinggal di rumah tersebut sendirian. Hanya beberapa kali dalam sebulan, keluarganya datang berkunjung.
D ini sohibnya Mama sehingga mereka berdua saling curhat.
D juga hampir tiap hari menyapu sisi jalan. Sepertinya, sekalian memastikan keselamatan kami yang diintai mafia.
Suka memberikan kue juga :P
D bercerita bahwa gangguan mistis semakin lama semakin meningkat di rumahnya. Ia pernah memergoki pasukan poci cilik loncat satu per satu ke jendela rumahnya yang terbuka lebar. Jadi, ia selalu menutup pintu dan jendela rumah sejak jam 3 sore.
Kupikir bunyi gedoran pintu saat jam 10 malam ke atas itu keluarga D yang berkunjung. Malah pernah lewat tengah malam.
Bunyi gedoran pintu D itu ternyata bukan keluarga D, tapi bunyi sundulan kepala para poci cilik yang ingin masuk. D melihat sendiri ketika mengintip lewat jendela o,o
D juga hilang uang terus-menerus. Ratusan ribu Rupiah. Menurutnya, itu karena tuyul karena sudah santer di area tersebut. Banyak tuyul di mana-mana. Sudah bukan rahasia.
Saat kita mau pindah dari rumah gadai pun, D menyatakan niatnya untuk pindah. Ia sudah tak tahan dengan gangguan para poci yang semakin merajalela. Rumahnya yang satunya, yang berada di kota lain pun bermasalah jual belinya. Ia merasa sejak tinggal di rumah itu, ia merasa kesulitan finansial. Ada saja masalah yang menimpa dirinya.Â
Silakan membaca petualangan Ima di bawah ini. Trims banyak =)