Disclaimer: Saat itu aku berusia 12 tahun dan adikku, Dani masih berusia 6 tahun. Â Sekitar jam 9 malam, Dani lapar. Meja makan ada di bagian tengah rumah. Lampu sengaja dimatikan.Â
Kaget banget tudung saji melayang di hadapan kami berdua. Lalu sepotong ayam goreng melayang di udara. Saat menjerit ketakutan, ayam goreng tersebut jatuh di atas meja makan O.O
Kalau payung melayang di udara itu Mamaku yang lihat.
Tuyul di rumah lama keluargaku itu memang sok akrab. Ia muncul di berbagai spot rumah. Lagi duduk di sadel sepeda, jok sepeda motor, pakai helm in-line skate, dll :P
Yang paling parah, nyusul coba saat aku kuliah di Cimahi :O Ikut jenguk aku.
Entah darimana itu Tuyul. Ngotot tinggal bareng selama bertahun-tahun hingga rumah itu terjual.Â
Tuyul yang menampakkan diri ini beda banget dengan film horor yang biasanya Tuyul itu mungil. Wajahnya memang bocah. Pakai sempak lusuh. Warna kulit kebiru-biruan. Kurus. Tingginya mungkin hampir 165 cm. Giginya runcing-runcing, tapi kecil-kecil.
_________________
     Ceu Engkus merasa bulu kuduknya berdiri. Perasaan mencekam itu selalu hadir jika ia berada sendirian untuk membersihkan debu di ruang tidur Almarhum Dimas, kakaknya Rani. Mana ruang tidur Almarhum terletak di rumah kedua yang selalu kosong melompong. Rumah kedua ini hanya digunakan untuk menerima tamu, bukan dihuni.
     "Duh, Ibu! Padahal Almarhum sudah tiada. Masa ruang tidurnya yang tidak ditempati, harus dibersihkan setiap hari. Nambah pekerjaanku yang banyak saja. Mana merinding terus," gerutu Engkus sembari memukul selimut kuat-kuat dengan sapu lidi.