"Kuperintahkan kau untuk membacanya, Monyet!" -- Kolonel Gatot Soebroto.
Penggambaran Gatot Soebroto tampak riil dalam film ini. Monyet memang merupakan panggilan kesayangan Gatot Soebroto untuk anak buahnya. Ia buta huruf sehingga menghindari untuk membaca surat dari Mayjen Tjokronegoro.
Selanjutnya, Letnan Firman dan Letnan Sudadi berdiskusi dengan Kapten Pujo mengenai pemindahan gandingan-gandengan kereta api. Adegan romantis pun terjadi. Letnan Firman jatuh hati pada pandangan pertama dengan Retno, adik perempuan Kapten Pujo.Â
Kisah cinta segitiga merupakan bumbu dalam film ini. Terdapat plot twist cinta. Siapa yang menyangka Letnan Firman akan terbelit romansa cinta segitiga dengan Retno dan saudari kembarnya?
Adegan-adegan di film ini membuat terharu. Pengorbanan-pengorbanan dilakukan demi mempertahankan tanah air. Kondektur Sastro yang tewas pun dimakamkan di bawah rel kereta agar ia bisa tetap menyaksikan kereta api yang melintas walaupun ia sudah berada di alam baka.
"Siapa yang tak pilu melihat korban pengungsi teriris-iris? Mereka pahlawan." -Letnan Firman.
Daya tarik film ini:
Akting piawai para pemain filmnya.Â
Logat Jawa yang kental pun mewarnai.
Detail suasana revolusi dan hiruk pikuk situasi di stasiun kereta api dan kereta api yang tampak begitu nyata. Rasa mencekam yang mengintai penumpang kereta api (pengungsi) akan serangan Belanda. Bahkan, ada adegan perempuan melahirkan.