Kepergian memang selalu membawa luka
Apalagi itu tentang seseorang yang setiap hari selalu bersama
Kutahu kesempurnaan hanya milik yang Kuasa
Tetapi sebuah kotak Pandora adalah milik sang penguasa
Saat tetes keringat menjadi debu yang menguap
Cekikikan para mereka penjaga kehormatan
Akulah sang pecundang yang bersembunyi di balik harmoni
Pecundang yang diam saat kaki terpijak dan lebam membiru
Saat gula-gula dan rupa-rupa kelezatan capital berhuru-hara depan mata
Pernahkah aku jadi pemenang?
Akulah yang kalah
Dan mereka yang pergi telah membawa pialanya
Dalam busur pelangi yang tajam
Menikam ke ulu dan memuncratkan darah kebencian
Ada sorak-sorai menang, bahwa hidup adalah antara kalah dan menang
Sementara aku?
Pernahkah aku jadi serdadu?Tidak..
Berperang antara panggilan jiwa dan keberpihakan
Aku selalu ragu
Panah yang tak terpakai
Alu yang membatu
Kapak yang menebal
Pohon yang semakin meninggi
Membuaikan lesu dan angin semilir membutakakan
Membunuh semua langkah seru, teriak daulat atas tubuh
Orang dan sahabat pergi
Aku masih disiniÂ
Menghitung dosa dan airmata
Nasib pecundang dalam kelabu
Happy Street 11/35Â
(When a friend plan to go...I am only a looser)Â