Mohon tunggu...
Berliana Siregar
Berliana Siregar Mohon Tunggu... Penulis - Daulat Hati, tubuh dan Rasa

Do your job Pikirkan hal-hal ringan @@##Kreatiflah@!!!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Keluarga Semakin Hangat dengan Perubahan Iklim

13 Maret 2018   14:14 Diperbarui: 13 Maret 2018   14:30 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Belajar mengendalikan...

Disamping kami adalah penggila buah. Anak saya yang pertama sangat bahagia dengan berbagai rasa buah. 1 kg salak, 1kg duku, 1 buah semangka besar, 2 iris besar nangka hanya butuh waktu 1 jam menghabiskannya.

Kehangatan keluarga semakin mengembang, menggelora menyalurkan energi positip dan keharmonisan saat mengecap manisnya buah lokal Indonesia. Kaya rasa, kaya warna, kaya aroma. Rasa, warna dan aroma menyerbak keindahan dan kebersamaan kami di ruang keluarga. Sambil bercerita tentang Indonesia kaya. Bercerita tentang asal buah. Bercerita tentang makna keragaman buah. Tebak manggis berapa biji di dalamya. Filosofi tentang kehidupan yang penuh teka-teki..he..he.. 

Menikmat Buah Lokal

Jangan harapkan anak bisa duduk diam mendengar dongeng atau cerita tentang buah. Bombastis kata, olah cerita semenarik mungkin. Reaksi umpan balik hanya biasa saja. Beda saat buah kuning nangka terhidang di mata. Saat bercerita tentang kuning menggoda dan kandungan vitamin di dalamnya. Mereka akan mengerlingmu.

Bertanya beruntun. Saat buah alpukat daging empuk lembut manis di lidah. Ketika bijinya yang kini dipakai untuk obat diabetes. Mereka akan terpana. Karena buahnya hadir nyata di depan mata. Saat aroma harum jeruk Medan dengan asam sedikit manis memenuhi rongga mulut. Semua cerita baik, umpama dan nasehat secara pelan akan masuk ke otak-otak generasi Y anak-anakmu.

Lho..buah ini apa hubungannya . DIhubung-hubungkan

Edisi Campur Sari Berlibur dan Perubahan Alam

Dasar emak-emak, bawaan sama anak pasti curhat tentang jaman old. "Dulu, waktu kecil, omak suka mandi sungai!" Sekarang jaman now, selalu larang anak mandi sungai. Kebetulan perumahan kami dekat sungai.Sejak bayi selalu ajak ke sungai.

Sulit menemukan cara bercerita soal alam berubah. Sungai yang semakin kering. Pohon habis. Jadinya, "Nak....kita mandi sungai nanti ya!" Membawa anak mandi sungai untuk lebih menikmati hidup.

Dari hari kehari debit air sungai mengecil. "Kok habis airnya, Mae." Nah......belajar soal perubahan tadi. 

Pohon habis, akar tanaman mengikat air berkurang, air tak tersimpan di tanah lagi. Banyak menggenang di semen rumah, toko dan mall.

Air sungai dari ke hari juga makin jorok. Pernah kami mandi, lewat popok bayi penuh kekuningan. Jijik. Sampah dan botol plastik terkadang. Nah ilmu baru turun. Orang buang sampah sembarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun