Mohon tunggu...
Berliana Siregar
Berliana Siregar Mohon Tunggu... Penulis - Daulat Hati, tubuh dan Rasa

Do your job Pikirkan hal-hal ringan @@##Kreatiflah@!!!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Keluarga Semakin Hangat dengan Perubahan Iklim

13 Maret 2018   14:14 Diperbarui: 13 Maret 2018   14:30 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Belajar mengendalikan...

Minimalis Saja

Keluargaku minimalis saja. Tak muluk-muluk. Hidup di pinggiran dan membangun mimpi sederhana.

Kawan sejawat mengobral cerita tentang kompetisi internasional anaknya. Aku hanya ingin anakku menjelajah hutan kecil.

Berburu kupu-kupu. Menjerat burung dan kadal. Untuk hal menjerat aku selalu bilang.

"Hewan tersebut harus dilepaskan bebas".

Anak tetangga masuk olimpiade  IPA tentang Iklim dan Pemanasan Global. Pidato ciamik di depan sekolah bergengsi dengan juri dari akademisi tinggi.

Aku melepas anakku berlumpur ria di tengah hutan kecil yang sebentar lagi akan habis.

Menghitung pohon besar yang tumbang satu persatu. Mencermati suara deru mesin gergaji dan robohnya pohon durian berbatang besar. Kehijauan yang dulu menggelombang kini kerontang dengan pohon sawit meninggi.

Momen kasih sayang dalam sebentuk coklat hanya milik mereka. 

Momen kasih sayang kutepikan dengan cerita kritis tentang hilangnya cerita kancil dan harimau.

"Kenapa nggak ada lagi cerita Kancil dan Harimau, omak?" Anakku bertubuh coklat protes.

"Hutan telah habis. Ladang berganti perumahan. Kita sangat rakus"

"Karenanya berlombalah dengan waktu. Kaki kecil harus menapak semak duri."

"Liukkanlah tubuh mungil  kaliandi antara rimbun semak liar yang sebentar lagi akan lenyap dari bumi."

Anak sulungku menuntut komputer dan play station. "Kalau sudah punya labtop di rumah, aku pasti betah,"janjinya dengan mata binarnya. Aku hanya tertawa mengelak.  Kukatakan padanya.

"Bermainlah dengan teman sebaya. Puaskanlah harimu, Nak dengan berlari,tertawa dan bahagia dengan teman-temanmu."

Kasih sayang bukan hanya sekedar ungkapan,"I love you!Aku sayang kamu!"apalah beratnya mengatakan tiga kata itu. Pergumulan yang lebih berat tentang bagaimana  menyeimbangkan bermain di luar dan di dalam rumah.

 Saya adalah ibu yang percaya bahwa anak dan bermain adalah satu energi besar yang saling terkait. Selalu mengusahakan  anak-anak  banyak bergumul dengan alam. 

Disamping bebas waktu bermain dengan teman sebaya, saya mengajak mereka berkunjung ke alam. Melihat hewan, mencium aroma sungai, air biru, memanjat pohon, menunggang kuda. Berinteraksi dengan seluruh isi bumi. Seraya belajar tentang siklus hidup.

JArang mengajak mereka ke mall. Kehangatan keluarga akan semakin bekualitas jika menghabiskan hari di alam terbuka. Kehidupan nyata. Kehidupan riil.

Harmoni antara waktu bermain dengan teman sebaya dan bermain dengan ayah ibu.Bertahan dan mencoba memberi pengertian untuk menyeimbangkan saja.

Tak sampai hati rasanya membiarkan masa kanak mereka tanpa  bermain dengan matahari, hujan, lumpur, tawa, berantam, berkelit dengan teman sebaya. Hanya 12 tahun dan sisanya nanti mereka  akan menjadi"robot."

Bentuk Perlawanan Anak Zaman Now

Bagi ibu generasi old, menjadi anak yang santun, sopan, ramah adalah standard anak baik. Anak yang diidamkan. Kenyataan dari banyak cerita tetangga, anak zaman sekarang lebih cuek, kasar, pendiam. Bukan standard anak yang diharapkan oleh ibu seperti saya. Tapi perubahan ini harus cepat diadaptasi oleh orangtua. 

Bentuk kasih sayangnya. Saya sedang mencoba model adaptasi sederhana bagaimana membangun komunikasi yang pas. Hukuman fisik bukan jawaban.

Beberapa bentuk komunikasi yang saya bangun. Bukan pada bentuk Nasehat. "Karena tak laku lagi." Saya mengajak bermain bersama. 

Wow..ternyata banyak permainan baru anak sekolahan jaman now. Saya yang mengikuti. Kini ada 4-7 permainan baru  yang mereka dapat dari teman sebaya dan teman sekolah.

Sampai-sampai tetangga sebelah heran. "Kok mamak gendut itu ikut main-main sama anaknya."

Tetangga depan rumah punya 2 anak perempuan. Gadisnya bilang,"Mak...ayoklah main-main kayak Bou (panggilan seperti bibi)itu."

Apapun kata mereka, cuek saja. Berlari, menyelinap, berbaring, melompat. Akan kulakukan demi tawa, bahagia dan senyum kami.

Kombinasi, Mixing, Pintar-Pintar Aja

Hanya ada 24 jam dalam sehari. 8 jam di kantor, 8 jam tidur, 4 jam mengurusi urusan rumah. Hanya ada sisa 2 jam dalam sehari untuk bersama keluarga. Sebagai ibu kita butuh waktu untuk Me Time. Me time 30 menit..he...he. Hanya 2 jam, maka kita harus pintar kombinasi, mixing. ANtara berbagi kasih dengan anak. Sehat bagi tubuhku. 

Usia 40-an ke atas butuh olahraga. Gym, exercise...Nah...saya selalu mengkombinasikan olahraga malam atau sore atau pagi seraya mengajak anak-anak turut serta. Walau hanya sekedar menggerakkan, meliukkan tubuh, lomba lari kecil. Tiduran sambil olah kaki, tangan dan dada. Seraya tertawa,memeluk, mencium tubuh kecil mereka. Olahraga sekaligus nonton tivi. Minta tolong si kecil tahan kaki Mamanya. Saya sit Up 8 kali he..he

"Mak...e, cukup 8 kali saja.Mamak nanti capek!" wajah kecilnya kasihan melihat tubuh gemuk saya kewalahan naik turun.

a. Menjadi kombinasi yang indah melibatkan anak bermain, dan bonusnya keringat saya bercucuran...ho..ho

b. Menjadi waktu yang sangat berkualitas bagi saya mengenali perubahan anak-anak saya. Apakah ada luka, apakah ada yang berubah? 

c. Media untuk berkomunikasi . Ngobrol sambil Ngegym, seru lho. Bercerita, ngomong.. dengan celotehan mereka. Celoteh anak-anak kecil. Tentang sekolah, teman-teman. Petualangan kecil mereka.

Sambil menyelam minum air lho

Itulah ide saya...Dan saya terapkan dalam keseharian. 

Perubahan Iklim Kaitannya denganKehangatan Keluarga

Nggak ada kaitannya lho! Saya  coba mengkaitkan ya..

Dari proses membaca, diskusi, amati, praktek ada juga hubungan iklim yang berubah dari hari ke hari.

Iklim berubah, terik semakin meninggi, debu di jalanan menebal. Cuaca ekstrim yang saat hujan tiba-tiba panas terik membuat anak mudah sakitt.

Bukan hanya sekedar membeli mantel agar badan lebih hangat. Sebagaimana ibu lain saya akan merepet lebih lama tentang:

a. Banyak minum air putih

b. Banyak makan buah

c.Tidur lebih banyak

e. Istirahat cukup.

f. Jangan banyak minum es

Khusus F. Saya punya perhatian khusus. Banyaknya produk minuman dingin kemasan harga 500-1000 rupiah di sekolah, tempat tinggal dan dimana saja membuat saya khawatir dan cemas berlebihan. Sanggupkah saya melarang kedua anak saya untuk tidak mengkonsumsi minuman tersebut?  

1000 kali dilarang, 10.000 kali dia membelinya dengan mudah di dekat rumah dan sekolah. Daripada cemas, lawan saja dengan minuman lebih sehat ala saya.

Strategi saya:

F.1. Menyediakan minuman yang "lebih bergizi. Mengolah buah lokal yang lagi musim dan harga murah. Menjadi minuman dingin.  Panas terik akibat Global warming alangkah nikmatnya jika disuguhkan dengan es stik buah buatan omak...he..he..

Foto

Olahan es stik buah loka

Ada buah nenas, pepaya, alpukat, dll. 

F.2. Menambah volume Buah di meja makan.

Kimiawi, bahan sintesis, pewarna, pemanis, dan perasa dalam minuman tersebut jelas hanya bisa dilawan dengan kekebalan tubuh. Tubuh kebal jika diisi nutrisi, gizi dan vitamin seimbang.

Dokpri. Buah lokal leza, murah,dan penuh vitamin
Dokpri. Buah lokal leza, murah,dan penuh vitamin

Adaptasi saya: Menyeimbangkan proporsi makanan kemasan dengan buah lokal. Dulu alokasi budget keluarga kami hanya 100.000/bulan untuk buah. Sekarang Rp. 300.000/bulan. Pengeluaran bulan Februari kemarin hampir 325.000 untuk Pembelian buah. Duku, salak, pepaya, buah naga, jeruk, pisang, nangka, hampir sekitar 25 jenis.

Disamping kami adalah penggila buah. Anak saya yang pertama sangat bahagia dengan berbagai rasa buah. 1 kg salak, 1kg duku, 1 buah semangka besar, 2 iris besar nangka hanya butuh waktu 1 jam menghabiskannya.

Kehangatan keluarga semakin mengembang, menggelora menyalurkan energi positip dan keharmonisan saat mengecap manisnya buah lokal Indonesia. Kaya rasa, kaya warna, kaya aroma. Rasa, warna dan aroma menyerbak keindahan dan kebersamaan kami di ruang keluarga. Sambil bercerita tentang Indonesia kaya. Bercerita tentang asal buah. Bercerita tentang makna keragaman buah. Tebak manggis berapa biji di dalamya. Filosofi tentang kehidupan yang penuh teka-teki..he..he.. 

Menikmat Buah Lokal

Jangan harapkan anak bisa duduk diam mendengar dongeng atau cerita tentang buah. Bombastis kata, olah cerita semenarik mungkin. Reaksi umpan balik hanya biasa saja. Beda saat buah kuning nangka terhidang di mata. Saat bercerita tentang kuning menggoda dan kandungan vitamin di dalamnya. Mereka akan mengerlingmu.

Bertanya beruntun. Saat buah alpukat daging empuk lembut manis di lidah. Ketika bijinya yang kini dipakai untuk obat diabetes. Mereka akan terpana. Karena buahnya hadir nyata di depan mata. Saat aroma harum jeruk Medan dengan asam sedikit manis memenuhi rongga mulut. Semua cerita baik, umpama dan nasehat secara pelan akan masuk ke otak-otak generasi Y anak-anakmu.

Lho..buah ini apa hubungannya . DIhubung-hubungkan

Edisi Campur Sari Berlibur dan Perubahan Alam

Dasar emak-emak, bawaan sama anak pasti curhat tentang jaman old. "Dulu, waktu kecil, omak suka mandi sungai!" Sekarang jaman now, selalu larang anak mandi sungai. Kebetulan perumahan kami dekat sungai.Sejak bayi selalu ajak ke sungai.

Sulit menemukan cara bercerita soal alam berubah. Sungai yang semakin kering. Pohon habis. Jadinya, "Nak....kita mandi sungai nanti ya!" Membawa anak mandi sungai untuk lebih menikmati hidup.

Dari hari kehari debit air sungai mengecil. "Kok habis airnya, Mae." Nah......belajar soal perubahan tadi. 

Pohon habis, akar tanaman mengikat air berkurang, air tak tersimpan di tanah lagi. Banyak menggenang di semen rumah, toko dan mall.

Air sungai dari ke hari juga makin jorok. Pernah kami mandi, lewat popok bayi penuh kekuningan. Jijik. Sampah dan botol plastik terkadang. Nah ilmu baru turun. Orang buang sampah sembarang.

"Makanya jaga sungai agar jernih. Nanti ikan banyak hidup. Abang, adik, ayah dan tetangga bisa mancing. Dapat ikan sungai lezat dan mantap!!

Dihubungkan seperti itu mereka paham.

Bumi makin hangat..........ada baiknya. Asal jangan sampai panas. Menyebabkan air es di kutub mencair. Akibatnya banjir, bah. tanah longsor. Saya bilang bahasa keren"Keseimbangan energi dingin dan panas harus dijaga. agar bumi tetap hangat." Ngerti nggak mereka ya???

Sama dengan menjaga kehangatan keluarga...jangan terlalu panas dan jangan terlalu dingin.

Fungsiku salah satunya sebagai ibu, jika suasana sudah terlalu panas karena anak jaman now adalah generasi kreatif, mandiri, tegas. Harus seimbang juga bagi generasi old sepertiku yang dingin, penurut, pendiam, dan kurang kreatifitas. 

Menjaga keluarga agar jangan terhempas dalam gelombang hidup yang ekstrim. Setiap hari harus melakukan mitigasi, adaptasi sesuai keluarga dan kemampuan anggota keluarga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun