Mohon tunggu...
Sintarth Bela
Sintarth Bela Mohon Tunggu... Lainnya - hidup adalah tentang pencarian

pecinta drakor dan memasak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

KKN Unej Dampingi Guru SD Kenalkan Pembelajaran Daring yang Menyenangkan

11 Agustus 2020   08:00 Diperbarui: 11 Agustus 2020   08:03 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan yang sejatinya menjadi sarana belajar-mengajar baik secara formal maupun nonformal yang dapat diakses oleh seluruh kalangan. Namun, ditengah pandemi COVID-19 ini, pendidikan tak luput dari pembatasan social, akibatnya proses belajar mengajar yang biasanya dilakukan tatap muka secara langsung harus bergeser kearah pembelajaran dari rumah atau daring. Guru dituntut tetap memberikan pembelajaran kepada siswanya melalui pembelajaran online yang diharapkan dapat dijangkau oleh seluruh kalangan siswa. 

Universitas Jember melalui LP2M memberikan kesempatan kepada mahasiswanya untuk dapat melaksanakan Kuliah Kerja Nyata, dimana pada KKN kali ini berbeda dengan sebelumnya. KKN BACK TO VILLAGE dipilih oleh LP2M yang bertujuan agar mahasiswa lebih fokus memberikan manfaat terhadap desanya sendiri. 

Pelaksanaan KKN BACK TO VILLAGE ini harus tetap mematuhi protokol kesehatan, dimana mahasiswa dan sasarannya diwajibkan memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan untuk menghindari penularan dari COVID-19 ini. KKN BACK TO VILLAGE ini diikuti.

Sebanyak 3.977 mahasiswa yang mengikuti KKN BACK TO VILLAGE ini, saya melaksanakan KKN didesa Pakusari Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember yang merupakan desa tempat saya tinggal. Tema yang saya pilih yakni Inovasi Pembelajaran Anak Sekolah Saat COVID-19. 

Sasaran saya yakni Kusdianingsih, S.Pd yang merupakan guru SD kelas 3. Diharapkan dari adanya KKN ini, sasaran saya dapat lebih mengetahui berbagai media pembelajaran yang dapat menunjang proses pembelajaran dari rumah atau daring.

Ditengah keterbatasan ekonomi dan pengetahuan, siswa dan dituntut untuk tetap melakukan proses belajar-mengajar. Tidak semua siswa memiliki akses internet yang memadai, terlebih ada beberapa siswa yang masih belum memiliki Smartphone. Kemampuan Guru untuk melaksanakan pembelajaran daring juga masih harus diperhatikan. 

Tidak semua Guru mengerti dan bisa mengoperasikan berbagai macam teknologi yang tersedia. Oleh karena itu, pendampingan dan pelatihan terhadap Guru harus dilakukan, sekolah dituntut memberikan fasilitas baik kepada Guru maupun kepada siswa.

Saya mencoba mencari tahu permasalahan selama proses pembelajaran daring. Mulai dari sasaran saya yang menurut beliau “selama sekolah dilakukan secara daring, saya memanfaatkan aplikasi whatsapp dengan cara membuat grup kelas untuk memberikan tugas, namun tidak semua siswa bisa mengakses whatsapp terlebih ada beberapa siswa yang tidak memiliki smartphone, jadi saya memberitahu kepada teman yang memiliki whatsapp untuk menghubungi siswa yang tidak memiliki whatsapp, ada juga yang saya datangi kerumahnya. Pengumpulannya diserahkan ke rumah saya.” 

Permasalah kedua yang dihadapi oleh salah seorang wali murid yaitu “Pembelajaran dari rumah kurang efektif, terlebih lagi bagi anak SD yang kurang memahami cara mengoperasikan handphone, anak-anak lebih suka belajar di sekolah kalau dirumah lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain.” 

Saya mendampingi sasaran saya Kusdianingsih, S.Pd guru Sekolah Dasar kelas 3 untuk memperkenalkan media pembelajaran daring. Kurang lebih lima bulan anak sekolah belajar dari rumah, namun tidak semua guru bisa mengoperasikan media pembelajaran daring secara efektif. Saya kemudian memperkenalkan platform Google Meet yang dapat digunakan oleh Guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Melalui Google Meet Guru dan siswa dapat bertatap muka secara video conference. 

Dengan penggunaan Google Meet siswa tidak hanya belajar sendiri materi tetapi juga bisa mendapatkan kesempatan memahami mater dari Guru mereka. Kemudian saya kembali memperkenalkan Google Form untuk pemberian tugas maupun ujian. Google Form dipilih karena lebih mudah diakses oleh semua kalangan. Diharapkan dari pendampingan selama 45 hari ini, sasaran dapat lebih efektif memberikan pembelajaran daring. (Sinta Bela/KKN 42/Jember/Agustin)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun