Mohon tunggu...
Sinta Nuriyah
Sinta Nuriyah Mohon Tunggu... Lulusan Pendidikan Bahasa Arab Unnes

Aku hanya manusia biasa yang tak sempurna dan sering salah.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Meraih Mimpi - Eps.03

4 Maret 2025   22:00 Diperbarui: 4 Maret 2025   22:00 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generate by canva/dokumen pribadi 

Eps.03

Dengan suara sedikit berbisik Pak Amir menjelaskan, kemarin ketika berjualan ia didatangi juragan beras yang menagih hutang. Pak Amir hanya punya uang untuk makan sekeluarga dan modal berjualan untuk hari ini.
Hutangnya memang hanya 10 juta tapi karena selalu menunggak akhirnya bunga membengkak. Sekarang hutangnya menjadi 15 juta.

Pak Amir tidak menceritakan masalah itu ke keluarganya karena tak ingin membebani pikiran mereka. Juragan beras memberi waktu lumayan lama, yaitu dua bulan untuk melunasi hutang tersebut. Jika tidak, terpaksa beberapa isi rumah harus ia serahkan.

"Oh jadi begitu ya, Mas Amir."
"Apa kamu ada solusi, De?" Tanya Pak Amir.
"Sebentar, Mas. Aku tak nyoba mikir. Eh tapi, boleh buatin nasi uduk dulu ngga? Belum sarapan ini, Mas," pinta Om Ade sambil mengelus perutnya.

Pak Amir tersenyum mendengar permintaan adiknya itu, ia langsung membuatkan seporsi nasi uduk dan segelas es teh. Sementara Om Ade masih memikirkan solusi terbaik.

---
Pagi itu, Asih bersama Bu Mira sedang membuat nasi uduk pesanan tetangga.
"Bu, Ayah kenapa agak pendiam ya akhir-akhir-akhir ini?" Tanya Asih memecah keheningan.
Sambil menyiapkan lauknya ibunya menjawab, "Iya, Nak. Ibu sudah coba tanya bapakmu, jangan terlalu dipikirkan katanya, biar bapak yang memikirkan."
Ibunya kembali fokus pada pesanannya itu.

Asih merasa ada yang disembunyikan oleh ibunya. Tiba-tiba, ia teringat akan Om Ade. "Om Ade udah tau belum ya masalah ayah apa," batin Asih. Ia coba buka HP nya ternyata belum ada chat dari Om Ade.

"Asih, ini udah mau selesai packingnya. Kamu chat Bu Siti ya mau dianter atau diambil ke sini " teriak Bu Mira dari dapur. Dengan segera Asih menuruti perintah ibunya.

----
"Assalamualaikum..." salam Kurnia dan Rina barengan.
"Waalaikumsalam" jawab Asih di ruang tengah.
"Wa'alaikumsalam, eh, dua anak ibu udah pulang," sambut Bu Mira dengan hangat. Keduanya mencium tangan ibunya.

"Gimana, Kak Asih? Udah ada kabar dari Om Ade?" Celetuk Kurnia.
Asih sedikit geram karena Kurnia bertanya di saat yang tidak tepat. Asih tak ingin ibunya tahu hal itu.
"Ada apa? Kok sampai nyebut Om Ade?" Bu Mira menimpali.

"Eh, engga apa-apa, Bu. Kurnia pengen ketemu sama Om Ade, kangen katanya, iya kan, Dek?" Asih tidak bercerita kalau dirinya dan Kurnia meminta bantuan Om Ade untuk membujuk Pak Amir supaya mau bercerita.
"Iya, betul. Dah lama gak ketemu," jawab Kurnia cepat.
"Oh, gitu.... tadi gimana jawaban Bu Siti?" Bu Mira mengalihkan topik.
Asih mengecek HP nya, "jadinya minta dianter aja, Bu, pesanannya."

Asih langsung bersiap-siap untuk mengantar pesanan.

----

Om Ade meminum habis es tehnya, maklum, hari itu memang terasa terik.
"Gimana, De? Udah nemu solusi?" Tagih Pak Amir.
Om Ade menghela nafas pelan sambil memejamkan mata.
"Begini Mas, gimana kalau kita kembangkan saja dagangan nasi uduk ini supaya lebih rame."
"Caranya?"
"Kita bikin nasi uduk dengan warna yang bervariasi, Mas. Terus kita bikin promosi di media sosial. Nah kan jaman sekarang banyak orang yang malas keluar tuh, kita manfaatin aja aplikasi GercepFood."
"Aplikasi apa tuh, De?"
"Itu lo Mas, aplikasi yang bisa buat pesen makanan tanpa harus keluar rumah dan antre di kedai, jadi ntar bakal dianter kurirnya. Nah, Mas bisa daftarin dagangan Mas ini di aplikasi GercepFood."
"Ide bagus tuh, tapi kan tadi kamu bilang tentang promosi. Siapa kira-kira yang bisa promosi biar penjualan cepat meningkat?"
Om Ade terdiam, masih berpikir tentang hal tersebut.

----
Asih sudah sampai di rumah Bu Siti. Ia ketuk pintu dan mengucapkan salam, namun tak terdengar jawaban, bahkan setelah menunggu 15 menit.

Ting... ada chat masuk dari Bu Siti. Ternyata isinya permintaan maaf, pesanan tersebut dibatalkan tanpa diberikan alasan yang jelas. Badan Asih langsung lemas, ia tak tau apa yang harus dikatakan pada ibunya nanti.

Sambil mengusap air mata, Asih kembali pulang dengan 15 nasi uduknya. Ia mengayuh sepedanya dengan pelan dan tidak fokus. Karena cuaca begitu terik, Asih mampir ke sebuah warung untuk membeli es.
"Mbak, es teh satu ya..."
"Siap, teh," jawab penjual asal sunda itu.

Ting... ada chat lagi, bukan dari Bu Siti melainkan dari Om Ade. Isinya rekaman obrolan Pak Amir dan Om Ade. Setelah mendengarkan rekaman tersebut, Asih makin sedih. Dan menyimpan HP di tas kecilnya.

"Permisi, Mbak. Boleh duduk di sini?" suara itu tak asing di telinga Asih.

BERSAMBUNG....

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun