Mohon tunggu...
Sindy Anggraeni
Sindy Anggraeni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi Pendidikan Sejarah Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keberadaan Situs Candi Jabung sebagai Objek Wisata Sejarah di Kabupaten Probolinggo

11 Juni 2022   01:02 Diperbarui: 11 Juni 2022   01:18 4463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang ke pariwisataan dijelaskan bahwa Daya Tarik Wisata diartikan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berwujud keanekaragaman, kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan para wisatawan. 

Candi Jabung merupakan bangunan sejarah peninggalan kerajaan Majapahit yang hingga kini masih berdiri kokoh dengan ciri khas serta daya tarik yang dimilikinya baik itu dari : latar belakang berdirinya, arsitektur, ragam hias, hingga pada komponen-komponen pendukungnya.

Candi Jabung terletak di Desa Jabung Candi, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Jarak Candi Jabung dari pusat Kota Probolinggo adalah 25 km dan 5 km dari Kraksaan, ibukuota Kabupaten Probolinggo saat ini. Perjalanan menuju 

Candi Jabung dapat ditempuh dengan perjalanan darat menggunakan kendaraan bermotor atau mobil. Perjalanan yang diawali dari Kota Probolinggo akan melewati beberapa kota kecamatan diantaranya Dringu, Gending, Pajarakan, Kraksaan, dan Paiton. 

Di Desa Jabung Pesisir terdapat Jembatan Sungai Pancar Glagas yang bersebelahan dengan Jalan Candi. Melalui jalan inilah arah menuju Desa Jabung Candi. Jarak Desa Jabung Candi dari tepi jalan raya Situbondo-Probolinggo, berkisar 500 meter, dengan waktu kurang dari 10 menit akan sampai pada lokasi berdirinya Candi Jabung. 

Candi Jabung merupakan sebuah candi peninggalan jaman Kerajaan Majapahit yang dibangun pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya pahatan yakni pahatan angka tahun 1276 saka (1354 Masehi) 

menggunakan huruf Jawa kuna pada bagian atas pintu masuk bilik Candi Jabung. Angka tahun ini masuk pada periodisasi pemerintahan Raja Hayam Wuruk, yang memerintah kerajaan Majapahit antara tahun 1350-1389 Masehi.

Candi Jabung di bangun menghadap kearah barat, dengan bahan yang digunakan adalah dari batubata berkualitas tinggi yang dipahat dengan motif sulur, singa, kepala naga, kala, ardacandra, dan medalion. Candi Jabung secara keseluruhan menempati lahan seluas 20.042 meter persegi dan terletak pada ketinggian 8 meter di atas permukaan air laut. 

Candi Jabung memiliki ukuran panjang 13,13 meter, lebar 9,60 meter dan tinggi 16,20 meter. Kitab Negarakertagama, pupuh XXXI menceritakan bahwa pada saat Raja Hayam Wuruk mengadakan perjalanan ke daerah timur (Lumajang) 

setelah sampai di Kalayu (Sajabung/Jabung Candi) berhenti untuk melakukan upacara persembahan (nyekar/upacara penaburan bunga). Pada saat perjalanan inilah baginda Raja Hayam Wuruk di perkirakan membangun 

Candi Jabung dan selesai pada tahun 1276 saka (1354 M). Pembangunan candi ini diperuntukkan menghormati kerabat perempuan Pangeran Bhra Gundal, seorang kerabat kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan 

Raja Hayam Wuruk. Selain Candi Jabung juga terdapat bangunan Candi Menara Sudut, Candi ini terletak disebelah tenggara Candi Jabung, dengan ukuran bangunan 2,55 m x 6 meter. Berdasarkan analisa bentuk

 Candi Menara Sudut dan beberapa literature yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa Candi Menara Sudut bukanlah sebuah candi tetapi merupakan bagian sudut pagar pembatas halaman Candi Jabung. Hal ini diperkuat dengan

 ditemukannya bangunan bekas sudut pagar berbahan batubata dibagian tenggara Candi Jabung, yang terletak simetris dan lurus dengan posisi Candi Menara Sudut yang sekarang terletak di arah Barat daya Candi Jabung.

Dokpri
Dokpri

Struktur bangunan Candi Jabung terdiri dari empat bagian, dimana struktur ini sesuai dengan tiga alam kehidupan manusia menurut kepercayaan agama Hindu dan Budha diantaranya terdiri dari bagian Batur, bagian Kaki, bagian Tubuh, dan Atap candi. Batur candi Jabung memiliki panjang 13,11 meter, lebar 9,58 meter dan tinggi 12 meter. 

Dibagian atas batur terdapat selasar keliling sempit dan terdapat beberapa panil relief yang menggambarkan kehidupan sehari-hari. Batur merupakan gamabaran alam kehidupan duniawi atau Kamadatu. Adapun beberapa 

bentuk relief pada bagian batur ini yakni, panil relief seorang petapa, panil relief dua orang laki-laki, panil Medalion, relief dua ekor singa, relief sulur gelang, dan relief Kamakara dua dimensi. Bagian kaki candi Jabung pada dasarnya 

berbentuk segi empat, dengan dua tingkat yang berbeda, dimana tingkat pertama memiliki ukuran tinggi lebih besar daripada kaki candi tingkat kedua. Keberadaan kedua kaki candi ini memiliki makna bahwa kaki candi pada 

Candi Jabung bermakna keberadaan alam dunia fana. Adapun beberapa bentuk relief pada bagian kaki diantarnya, relief Kalamakara dan Arda Candra serta panil relief Cerita Putri Sri Tanjung dan Patih Sidapeksa. 

Bagian tubuh candi merupakan bagian dari candi yang bermakna adanya alam antara Rupadatu yaitu penghubung antara alam dunia fana dengan Nirwana atau Kedewaan. Sebagai implementasi dari alam 

Rupadatu hal ini tergambar pada tubuh candi yang berbentuk silinder. Adapun beberapa bentuk relief pada bagian ini diantaranya, ornamentasi Gapura dengan Kalamakara Tiga Dimensi, sabuk candi berhias Kalamakara dua dimensi di Stilirkan, 

kepala Naga tiga dimensi (Kala Naga), relief Singa penjaga Gapura, ornamen tangga berundak terbalik, dan bilik candi Jabung. Pada bagian yang terakhir yakni atap candi, diperkirakan dari bangunan yang masih tersisa hingga sekarang 

bentuk atap candi ini berbentuk stupa dan berhias motif sulur-suluran dan ornamentasi lainnya. Perkiraan bentuk stupa pada kepala candi Jabung didasarkan pada bentuk kepala candi Jabung bagian bawah yang berbentuk melingkar dan rata dibagian atasnya.

Candi Jabung oleh masyarakat umum terkenal akan arsitektur dan ragam hias candi yang indah, meskipun bangunannya telah termakan oleh waktu dengan bentuk yang masih cukup sempurna. Keindahan candi Jabung juga didukung oleh suasana tempat yang terawat dengan baik hingga cocok untuk dijadikan sebagai tempat berlibur atau sekedar bersantai.

 Lokasinya pun dikelilingi  berbagai macam tumbuhan hijau dengan satu pohon yang khas yakni pohon Maja. Terdapat komponen-komponen yang menjadi pendukung dasar wisata, yang terdapat di candi Jabung dapat dikelompokkan 

menjadi fasilitas wisata, transportasi, infrastruktur, atraksi wisata, dan kebijakan pemerintah. Daya tarik yang dimiliki candi Jabung cukup tinggi, dimana hal ini secara tidak langsung dapat dimanfaatkan secara seoptimal mungkin. 

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan di bidang ekonomi terutama bagi daerah dan masyarakat sekitar, sehingga dengan adanya pemanfaatan candi Jabung dapat membantu perekonomian masyarakat sekitar. 

Pemanfaatan candi Jabung sebagai objek wisata, secara tidak langsung juga dapat membuka pemikiran masyarakat umum bahwa di Probolinggo terdapat bangunan bersejarah yang keeksisannya telah ada sejak masa lampau, 

serta dapat menjadi jati diri cultural identity masyarakat Probolinggo, maka dari itu perlunya kerjasama pemerintah dan masyarakat guna menjaga dan terus melestarikan peninggalan bangunan cagar budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun