Mohon tunggu...
Sindi Putri
Sindi Putri Mohon Tunggu... Pembelajar | Menulis Seadanya

Menuangkan pikiran dalam tulisan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Usai

18 Maret 2025   00:11 Diperbarui: 18 Maret 2025   00:11 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Create by me with canva

Payoda menarik rendum kelabu, lantas menyelimuti daratan biru.

Ia memeluk erat sang mentari jingga, hingga tertambat di dalamnya.

Walau, rerintik memburai tiada habisnya.

Namun, perlahan langkahmu menjauhiku dan membuat kelayuan di setengah jiwaku.

Bisa dikata, bagai ditusuk panah kepergian yang mengudara.

Kala bayangmu menjadi samar, suaramu jua tak lagi terdengar.

Melainkan hanyalah deru angin yang berlalu lalang dan gemericik air dari semesta.

Harusnya aku tiada percaya, akan ungkapkan kata seperti rasa gula.

Janji yang hanya senda, mengeruk hati dan memangkas sebagian rasa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun