Payoda menarik rendum kelabu, lantas menyelimuti daratan biru.
Ia memeluk erat sang mentari jingga, hingga tertambat di dalamnya.
Walau, rerintik memburai tiada habisnya.
Namun, perlahan langkahmu menjauhiku dan membuat kelayuan di setengah jiwaku.
Bisa dikata, bagai ditusuk panah kepergian yang mengudara.
Kala bayangmu menjadi samar, suaramu jua tak lagi terdengar.
Melainkan hanyalah deru angin yang berlalu lalang dan gemericik air dari semesta.
Harusnya aku tiada percaya, akan ungkapkan kata seperti rasa gula.
Janji yang hanya senda, mengeruk hati dan memangkas sebagian rasa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI