Mohon tunggu...
Simon Sutono
Simon Sutono Mohon Tunggu... Guru - Impian bekaskan jejak untuk sua Sang Pemberi Asa

Nada impian Rajut kata bermakna Mengasah rasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Raid

22 Februari 2021   00:22 Diperbarui: 22 Februari 2021   11:45 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

          Raid melirik pada sosok berkerudung di depannya. Lantas kembali menunduk. Beranda rumah di gang itu terasa lengang.

          "Coba tonton dulu video ini." Suster Yasinta menggeser laptop. Ia mengklik tayangan.

          Raid mengalihkan pandangannya pada film yang ditayangkan di kanal youtube. Pandangan Suster Yasinta dan Pak Yanuar tak lepas dari Raid. Mereka menangkap ada perubahan pada mimik anak remaja itu. Sesekali ia mengejapkan matanya. Tanpa berbicara ia mengalihkan tatapan dari layar laptop yang menayangkan 12 menit tontonan.

          Suster Yasinta meraih laptop, mematikan dan mengembalikan ke dalam casing. Biarawati katolik itu melemparkan tatapan pada rekannya.

          "Kapan-kapan kita berkunjung ya, ke tempat yang sudah kamu tonton," kata Pak Yanuar kepada Raid. Raid tidak bereaksi. Jari-jarinya sibuk memainkan kuku-kukunya.

          "Mungkin dengan melihat langsung kamu akan lebih yakin dan akan berpikir ulang untuk tidak seperti mereka.

***

          Pecahan telepon genggam berserakan di lantai. Sementara Raid diam mematung. Emosi Bu Sekar tak tertahankan. Karena marahnya, tidak ada satu katapun yang terucap. Nafasnya tersengal dan akhirnya membuncahlah tangisnya. Ia terduduk dan tersedu.

          "Kenapa kamu lakukan itu, Raid?" ucapnya terbata setelah tangis meluapkan emosinya.

         "Itu HP satu-satunya yang bisa kamu pakai. Sekarang kamu hancurkan seperti itu. Sekarang kamu mau belajar bagaimana?" ujarnya lagi. Setelah menyeka air matanya, ibu paruh baya itu menatap anaknya. Tatapan sedih. Tatap tidak berdaya.

          "Ibu memang belum punya uang untuk belikan kamu kuota. Lagian baru beberapa hari lalu kamu sudah dapatkan kuota. Kalau kamu tidak gunakan untuk main game, ya mestinya kuota itu cukup sampai hari  ini. Sekarang mau apa, coba. Malah kamu banting HP nya," lanjutnya menatap sedih Raid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun