Mohon tunggu...
Asror MZ
Asror MZ Mohon Tunggu... Freelancer - Anak desa

kamu adalah cerita bagi generasi setelahmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Arogansi Dump Truck dan Sikap Abai Pemerintah di Ruang Publik

2 Maret 2020   11:10 Diperbarui: 4 Maret 2020   03:48 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam beberapa tahun terakhir di NTB, secara khusus di Wilayah Pulau Lombok tampak terjadi peningkatan jumlah populasi kendaraan dump truck. Belum ada data yang secara spesifik mencatat jumlahnya secara riil, namun secara kasat mata bisa diketahui secara pasti bahwa jumlahnya terus mengalami peningkatan.

Pengalaman berkendara sehari-hari bisa menjadi bukti bahwa peningkatan itu memang terjadi dan bisa kita rasakan secara langsung. Hampir setiap tahun terasa penambahan jumlah moda angkutan dump yang semakin membuat jalanan padat sesak. 

Berkendara ke mana saja saat ini, baik jarak jauh maupun dekat sekalipun, hampir pasti kita akan berpapasan dengan mobil dump truck. Lalu lalang mobil pengangkut material (pasir, tanah, batu, dll) ini menjadi pemandangan sangat biasa dan selalu ada di setiap sudut jalanan.

Melihat secara lebih cermat, ada semacam pergeseran tren pemanfaatan moda kendaraan angkut yang terjadi pada masyarakat. Pada tahun-tahun sebelumnya kendaraan angkut material yang digunakan lebih banyak masih berupa truk bak besar, namun dalam waktu tidak berselang lama kondisi jalan berubah drastis diisi dengan hadirnya moda kendaraan angkut dump truck.

Secara fungsional untuk pengangkutan material, dump truck memang bisa dikatakan jauh lebih efektif dan efisien serta multi fungsi. Maka menjadi sebuah hal yang wajar jika masyarakat memilih untuk mengganti moda yang digunakan. Contoh yang lazim, misalkan dalam kasus pengangkutan pasir, jika menggunakan truk bak besar maka membutuhkan tenaga buruh untuk menurun dan menaikkan pasir sehingga harus menyiapkan biaya tambahan untuk ongkos buruh. Berbeda jika menggunakan dump truk proses menaikkan dan menurunkan muatan bahkan tidak membutuhkan tenaga buruh.

Perubahan penggunaan moda kendaraan angkut material tersebut memang menjadi sebuah tuntutan karena perkembangan dunia usaha yang begitu cepat. Kemunculan kendaraan tersebut tentu merupakan jawaban sekaligus solusi praktis. Dinamika kegiatan dunia usaha pada sektor akomodasi dan transportasi menjadi tumbuh. 

Hal tersebut tentu menjadi kabar baik bahwa ada indikasi positif terjadi peningkatan laju pertumbuhan ekonomi pada masyarakat yang dapat bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Secara hitung-hitungan angka, ini menjadi indikator penting yang menandakan gerak grafik naik bagi pertumbuhan satu daerah.

Arogansi Dump Truk

Kehadiran moda angkutan dump truck dengan muatan positif sebagai salah satu indikator gerak pertumbuhan ekonomi tentu menjadi hal yang baik. Namun keberadaan dump truck juga tidak dimungkiri membawa ekses negatif bagi masyarakat secara lebih khusus bagi pengendara lain di jalan raya.

Tidak berlebihan jika masyarakat memberikan penilaian bahwa di setiap jalur yang dilalui dump truck hampir pasti menimbulkan masalah. Masalah yang paling sederhana (sebenarnya juga tidak bisa disederhanakan begitu saja), adalah terkait polusi debu yang ditimbulkan. Muatan yang dibawa oleh dump truck yang merupakan bahan-bahan material berbentuk batu, kerikil, pasir dan tanah tidak bisa lepas dari munculnya polusi debu. Debu memang terlihat sebagai masalah yang begitu "receh", tapi partikel kecil itu secara laten sangat berdampak besar mengganggu kenyamanan berkendara dan membahayakan kesehatan.

Tidak sebatas permasalahan debu, dari hembusan bisikan masyarakat tidak sedikit juga yang mengeluhkan rusaknya infrastruktur jalan akibat dump truck. Pada kondisi lalu lintas yang normal, dapat dilakukan observasi bahwa jalan yang sering dilalui dump truck memiliki tingkat kerusakan yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun