Mohon tunggu...
Silvy Indah Cahyani
Silvy Indah Cahyani Mohon Tunggu... Mahasiswa

Penggiat AI dengan perhatian mendalam pada teknologi, ekonomi, pendidikan, sosial, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Love

Hari Raya Tanpa Orang-Orang Tercinta

6 Juni 2025   08:54 Diperbarui: 6 Juni 2025   08:56 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sendiri menatap senja (Sumber: Pixabay) Input Keterangan & Sumber Gambar (Contoh: Foto Langit Malam (Sumber: Freepik/Kredit Foto))

Hari Raya. Sebuah kata yang begitu akrab dengan tawa riang, pelukan hangat, dan meja makan yang penuh sesak dengan hidangan lezat. Gambaran kebersamaan ini selalu menghiasi benak kita, menjadi penanda syukur dan kebahagiaan. Namun, bagi sebagian hati, Idul Adha tahun ini justru menyimpan pilu yang mendalam, sebuah kesepian yang menganga. Ada kursi yang kini kosong, tak lagi terisi. Ada tangan yang dulu hangat digenggam, kini hanya menyisakan dinginnya kenangan.


Kehilangan seseorang yang sangat dicintai bukanlah luka yang sembuh dalam hitungan hari atau bulan. Bahkan, bagi sebagian dari kita, bertahun-tahun telah berlalu, namun perihnya tetap terasa seolah baru kemarin. Apalagi ketika Hari Raya tiba. Lantunan takbir yang menggaung syahdu, suasana malam menjelang penyembelihan, hingga aroma masakan khas keluarga yang menusuk indra penciuman. Semuanya menjelma menjadi mesin waktu yang tak terelakkan. Ia menyeret kita kembali, melesat menuju masa-masa indah ketika mereka masih ada, masih mengisi ruang hidup dan hati kita.


Bagi sebagian orang, ini mungkin adalah Idul Adha pertama mereka tanpa sosok ayah yang menjadi pilar keluarga. Bagi yang lain, mungkin tanpa ibu yang tak tergantikan, pasangan hidup yang berbagi setiap napas, anak yang menjadi permata hati, atau orang terdekat lainnya yang lebih dulu berpulang ke pangkuan-Nya. Dan tak semua luka bisa terungkapkan di tengah riuhnya percakapan di meja makan. Seringkali, kita hanya mampu tersenyum tipis, mencoba menguatkan diri dan menghormati suasana ceria di sekitar.Padahal, jauh di lubuk hati, ada remuk redam yang tak terperi, sebuah badai yang bersembunyi di balik senyuman.


Saya sendiri pernah berada di titik itu. Sebuah masa di mana saya harus berusaha keras untuk tetap berdiri tegak, meski badai kehilangan datang bertubi-tubi, seolah tak ada henti. Di tengah semua itu, saya belajar sebuah kebenaran yang pahit sekaligus membebaskan: kehilangan tidak akan pernah benar-benar hilang. Ia akan selalu ada, menjadi bagian dari perjalanan kita. Namun, yang bisa kita lakukan adalah belajar hidup berdampingan dengannya. Belajar menerimanya sebagai bagian dari takdir, dan menemukan kekuatan di tengah kerapuhan.

Grief is like the ocean; it comes in waves, ebbing and flowing. Sometimes the water is calm, and sometimes it is overwhelming. All we can do is learn to swim.
— Vicki Harrison

Hari Raya tidak selalu harus dirayakan dengan hingar-bingar dan keramaian. Kadang, kehangatan yang sesungguhnya justru ditemukan dalam kesederhanaan. Cukup dengan doa yang tulus yang kita panjatkan untuk mereka, ingatan-ingatan manis yang kita putar kembali dalam benak, dan secangkir teh hangat di pagi hari, sambil mengenang mereka yang dulu menjadi rumah, menjadi pelabuhan aman bagi hati kita yang lelah.


Jika hari ini kamu sedang merayakan Idul Adha dengan sebuah ruang kosong di hati, sebuah kerinduan yang menganga, ketahuilah bahwa kamu tidak sendiri. Ada banyak dari kita yang juga sedang mencoba kuat, sedang berjuang untuk berdamai dengan ketiadaan. Dan ingatlah, tidak apa-apa kalau tahun ini kamu tidak merasakan semangat yang membara. Tidak apa-apa kalau kamu ingin menyendiri sejenak, memberikan ruang bagi hati untuk merasakan dan memproses. Tidak semua kebahagiaan harus dirayakan dengan riuh dan gebyar. Ada kebahagiaan yang ditemukan dalam keheningan, dalam penerimaan.


Yang terpenting, kita masih di sini. Masih bernapas. Masih berusaha untuk melangkah. Masih mencintai, bahkan dalam diam, merangkul kenangan yang takkan pudar.

What we once enjoyed and deeply loved we can never lose, for all that we love deeply becomes a part of us.
— Helen Keller

Mereka tetap hidup dalam setiap bagian dari diri kita, membentuk siapa kita hari ini.
Selamat Hari Raya. Dari hati yang pernah kehilangan, untuk hati-hati yang kini sedang belajar berdamai dengan kerinduan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun