Mohon tunggu...
Silvi hasanah
Silvi hasanah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemilik usaha souvenir Bianglala sejak tahun 2000

Penikmat photography, kuliner dan travel

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Catatan Sang Penyintas Covid-19

21 Juli 2021   09:28 Diperbarui: 21 Juli 2021   10:45 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Saya Silvi, 45 tahun, Penyintas Covid-19 ingin berbagi cerita ketika saya mengalami Covid-19.

Kilas balik ke akhir Juni 2021, tepatnya tanggal 28 Juni, awalnya merasakan badan terasa cape, kepala pusing, saya cek beberapa kali suhu normal, saya abaikan karena tekanan darah saya biasa rendah saya pikir mungkin cape biasa.

Sudah 3 minggu ART pulang pergi di rumah saya off kan, karena angka Covid-19 yang makin tinggi. Saya pikir juga ini efek vaksin kedua pada hari Sabtu, 26 Juni.

Karena perasaaan ga enak, mulai hari itu saya tidur di lantai bawah, suami dan anak-anak di lantai atas, kamar mandi juga terpisah sendiri.

Besoknya saya demam, suhu 38,5, perasaaan saya makin ga enak, kedua anak saya  kemudian saya ungsikan ke rumah Kakak saya karena khawatir terjadi sesuatu yang buruk. 

Saya sempat konsul dengan dr.Dahlia dan disarankan untuk test Antigen, saya tidak langsung test karena masih berharap demam biasa, besoknya suhu tubuh normal, saya mulai agak tenang. Namun besoknya pukul 2 dini hari badan saya menggigil dan suhu 38,5.

Paginya saya test Antigen. Sebelum test Antigen saya telpon orangtua saya mohon doa agar negatif, sudah seperti orang mau berangkat perang aja hehe. 

Pukul 13.00 hasil Lab keluar Dr Dahlia mengabari kalau Antigen saya positif dan saya harus isoman terhitung dari tanggal 1 Juli 2021.

Ketika Dr Dahlia memberi kabar, saya terdiam istighfar dalam hati... akhirnya datang juga hari itu, hari yang ditakutkan semua orang saat ini, hari saat kita dinyatakan terinfeksi virus Covid-19. 

Saya mengabari orangtua dan kakak saya, lewat WA, kemudian saya masuk kamar menutup pintu, saya hamparkan sajadah, saya menangis sejadi-jadinya.

Kemudian kakak saya menelpon tambahlah saya menangis, ingat saya menitipkan kedua anak saya di sana, khawatir anak saya OTG dan membawa virus kesana, dll.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun