"Ibu tega!" protes Hanin sambil membanting pintu kamarnya. Permintaannya yang kesekian untuk pergi bersama teman-teman di malam hari ditolak ibu. Begitu juga dengan acara malam minggu bersama Anto, kekasihnya. Ibu hanya mengizinkan mereka bercengkerama di ruang tamu. Itupun dalam pengawasan ibu dari ruang tengah.
"Sekarang suamimu yang bertanggung jawab penuh atasmu!" bisik ibu sambil terisak saat sungkeman pernikahan Hanin dan Anto. Hanin mempererat pelukannya pada Ibu. Kepergian ayah 2 tahun lalu menambah isak tangis prosesi pernikahan Hanin.
"Dea, sudah jam 10 malam!" ujar Hanin. Â Kembali tangannya mengusap minyak angin ke leher dan lengan. Sedikit umpatan anak gadisnya terdengar olehnya dari ruang tengah. Mata Hanin terpejam. Adegan puluhan tahun itu terulang. Hanin menyeka air matanya. Sekarang aku mengerti perasaan ibu saat menjagaku dulu, ujarnya mengenang almarhumah ibunya.