3. Perspektif Niche: Human-Centered Skillset di Era Mesin
Mesin bisa menulis, menghitung, bahkan memberi saran hukum. Tapi mesin tidak bisa merasakan, membujuk, atau menyemangati. Di sinilah manusia unggul---dan harus terus mengasahnya.
Kompetensi Masa Depan yang Tak Tergantikan Mesin (pwc.com):
- Etika dalam Pengambilan Keputusan
- Empati dalam Kolaborasi
- Kreativitas dan Imajinasi Antar-Disiplin
- Kemampuan Beradaptasi dalam Ketidakpastian
OECD juga menekankan pentingnya social and emotional skills dalam laporan pendidikan global mereka. (weforum.org)
4. Peran Pemerintah: Dari Regulator Menjadi Enabler
Agar future-ready workforce bukan hanya retorika, pemerintah perlu geser peran dari "pengatur" menjadi "penyedia ekosistem".
Langkah Strategis yang Bisa Diperkuat:
- Pengakuan terhadap microcredential dan modular learning
- Insentif fiskal bagi perusahaan yang aktif melakukan reskilling
- Penguatan Balai Latihan Kerja (BLK) berbasis digital dan lokalitas
- Pengembangan Talent Intelligence System nasional berbasis AI
- Mendorong budaya belajar ulang sejak dini, termasuk bagi ASN
Beberapa program seperti Digital Talent Scholarship dari Kominfo bisa jadi titik awal. (digitalent.komdigi.go.id)
5. Ekosistem Triple Helix: Pemerintah, Swasta, dan Akademisi
Pembangunan tenaga kerja masa depan bukan pekerjaan satu aktor. Dibutuhkan kolaborasi lintas sektor.
- Kampus menciptakan kurikulum adaptif
- Swasta menyediakan learning pathway dalam korporasi
- Pemerintah menciptakan insentif dan infrastruktur pendukung
Contoh seperti Google Career Certificates dan Microsoft Skilling Program yang masuk ke Indonesia bisa mempercepat proses ini. (digitalent.komdigi.go.id)