"Baik sekali temanmu itu, masih saja memaafkan pacar tampannya walau sudah berselingkuh belasan kali".
Padahal, temanku bisa memaafkan karena dia juga berselingkuh bahkan puluhan kali dibelakang pacar tampannya.
"Baik sekali tetanggamu ini, tidak memberi hukuman berat kepada pencuri yang nyaris menghilangkan nyawa nya".
Padahal, tetanggaku ini adalah mantan narapidana atas kasus pembunuhan berencana, dia tau betul rasanya dipenjara. Lagi pula dia tak mati.
"Baik sekali pacarmu itu, setiap waktu mengantar dan menjemputmu padahal kau tidak cantik sama sekali".
Padahal, aku selalu bilang tak perlu, dia yang bersedia. Kata nya tadi malam "mana mungkin perempuan secantik kamu aku biarin naik ojek"
"Baik sekali si Polan itu kepada adiknya, padahal adiknya pecandu narkoba, hidupnya menyusahkan keluarga begitu".
Padahal, yang membuat adiknya menjadi pecandu narkoba adalah si Polan, dia ingin menebus kesalahannya.
"Baik sekali dosen itu, memberinya nilai bagus untuk setiap mata kuliahnya, apa karna mereka ada sesuatu"
Padahal, mahasiswa tersebut memang pintar dan menguasai setiap mata kuliah dari dosen tersebut.
"Baik sekali sahabatmu kepadamu, dia tetap bersamamu walau dia gagal menikah karena kau sakit"
Padahal, itu adalah perjodohan yang tak inginkan olehnya, dan menjadikan aku alasan agar dia tak jadi menikah.
Ada begitu banyak hal yang sebenarnya bukan urusan kita , yang bahkan kita tak tahu menahu asal muasalnya, namun seolah kita berhak menjadi hakim untuk orang lain. Semua harus ada porsinya, ada batasnya, dan ada aturannya. Kalau ingin tahu maka carilah tahu bukannya sok tahu, atau sekalian saja tak perlu tahu.Â
Kita hidup sesuai dengan porsi kita, ibarat makanan, jangan berlebihan karena kau tak akan tahan, jangan juga kekurangan karena kau akan kelaparan. Ingat porsi cukupmu. Maka kau akan bertahan hidup. Kita kadang tak pernah berfikir dengan sudut pandang orang lain. Kita terlalu bangga dengan ketidaktahuan kita, dan kata-kata andalan kita yang menjadikan seribu alasan sebagai tameng pelindung kita ketika salah, "aku kan tidak tahu".
Miris memang, tapi begitulah adanya, ketika orang lain sukses kitalah orang yang pertama kali berfikiran buruk sambil berkata dalam hati "pasti ada orang dalamnya ini" tak semuanya begitu, dia sukses karena kerja kerasnya, dia berusaha tanpa henti, dan apa kita pernah melihat puluhan kegagalannya sebelum akhirnya dia menjadi sukses? tidak pernah dan tidak akan. Itulah kita, memandang segala yang baik dengan tatapan buruk, memandang semua yang positif namun mengartikannya dengan hal negatif.
Ayolah berubah bersama, harus sampai mana lagi batas ketidak tahuan kita yang kita sangkal, harus berapa kali kita ikut campur untuk hal-hal yang tidak ada dampaknya untuk kita? Banyakin karya, jangan alpa dalam kebaikan dan berhenti menjadi golongan orang-orang yang merugi.