Tanpa kita sadari produk-produk tersebut memberikan dampak buruk yang membuat kita mulai mencari tahu arti dari tulisan-tulisan asing yang kita temui di berbagai produk asing tersebut.
Tidak perlu terlalu jauh, contoh kecilnya adalah alat komunikasi yang kita gunakan sehari-hari handphone, barang kecil multi fungsi ini sudah menjadi kebutuhan primer dan sekunder kita, sayangnya handphone ini kebanyakan menggunakan bahasa asing, seperti Bahasa Mandarin dan Bahasa Inggris.
Berbagai bahasa baru yang bisa dikatakan bahasa pidgin creole mulai menjamur dan 90 persen penggunanya adalah para pemuda, pemuda yang harusnya mampu melestarikan bahasa Indonesia ternyata masih belum bisa sepenuhnya diharapkan.
Banyak sekali bahasa-bahasa baru yang bermunculan terlebih di media sosial yang menjadi tempat tongkrongan setia para anak-anak muda, mulai dari bahasa-bahasa yang dibalik seperti "kuy (yuk), takis (sikat), sabi (bisa)" dan banyak lagi, ada juga bahasa-bahasa plesetan seperti ; "amaca (ah masa), sa ae (bisa ae/bisa aja)".
Dan banyak lagi bahasa-bahasa gaul yang ada di Indonesia. Kemarin saat pulang kuliah saya sempat bertanya kepada teman saya, "sebenarnya apa sih tujuan dari bahasa-bahasa gaul itu ?" dia mengatakan bahwa bahasa bahasa gaul tersebut diciptakan agar terlihat lebih keren, dan lebih simple. Bukankah Bahasa Indonesia justru lebih keren?
3. CODE MIXING
Code mixing jika diartikan secara sederhana adalah pencampuran dua atau lebih bahasa, contohnya "tadi aku sudah chatting dengan temanku yang bisa memperbaiki AC yang rusak" biasanya campur kode ini dilakukan karena alasan-alasan seperti keterbatasan kosakata,solidaritas alih peran (Holmes,1992).
Namun belakangan campur kode ini justru digunakan sebagian orang untuk terlihat keren dan menjadi kebiasaan para anak muda, acap kali kita mengganti kosakata bahasa Indonesia ke bahasa asing, seperti ; "aku baru saja selesai shopping dan lunch dengan kakakku tadi" padahal kata shopping dan lunch bisa menggunakan bahasa Indonesia (belanja dan makan siang).
Saya juga pernah bertanya kepada teman saya mengenai campur kode ini, dan beliau mengatakan bahwa kebiasaan ini dianggap keren karena orang lain akan mengira dia memahami banyak bahasa dan sekali lagi teman saya mengatakan bahwa campur kode itu akan membuat membuat seseorang terlihat keren. Apakah menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar itu tidak keren?