Mohon tunggu...
Silfi Rahmawati
Silfi Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Memiliki keterampilan yang baik dalam Human Relationship

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Budaya Ramah-Tamah: Kekuatan Lembut Bangsa Indonesia

21 Juni 2025   12:35 Diperbarui: 21 Juni 2025   12:35 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kunjungan Presiden Ukraina di Istana Merdeka (Sumber: akun X @kemensetnegRI)

Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya akan budaya, bahasa, dan keragaman etnis. Toleransi yang tinggi sudah menjadi karakter yang wajib dimiliki oleh seluruh rakyat Indonesia. Di balik keberagaman tersebut, tersimpan satu ciri khas yang menyatukan masyarakat dari Sabang hingga Merauke: budaya ramah-tamah. Sapaan hangat, senyum tulus, dan sikap saling menghormati bukan hanya kebiasaan, tetapi telah menjadi bagian dari identitas bangsa. Budaya ini membentuk wajah Indonesia di mata dunia, mencerminkan kekuatan lembut yang mampu menciptakan harmoni di tengah perbedaan. 

Keramahan bukan sekadar sikap individu, tetapi menjadi manifestasi budaya yang hidup dalam keseharian masyarakat Indonesia. Di Yogyakarta misalnya, budaya unggah-ungguh mengajarkan pentingnya berbicara dengan sopan dan menghormati orang lain berdasarkan usia dan kedudukan. Di Sumatra Barat, tradisi basandi syarak basandi Kitabullah menanamkan nilai-nilai kekeluargaan dan toleransi dalam kehidupan sehari-hari, sementara di tanah Papua, masyarakat dikenal dengan keramahtamahan dalam menyambut tamu dengan tarian dan sajian khas adat, begitu pula di Bali, sapaan hangat dan sikap menghargai tamu menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai Tri Hita Karana. Keanekaragaman ekspresi keramahan ini menjadi kekayaan budaya yang merekatkan bangsa Indonesia sekaligus memperkaya identitas nasional di mata dunia.

Budaya ramah-tamah memiliki implikasi signifikan terhadap dinamika sosial dan pembangunan citra bangsa di tingkat nasional maupun internasional. Dalam ranah sosial, sikap saling menghargai, kesediaan untuk membantu, serta komunikasi yang sopan menciptakan kohesi sosial yang kuat dan lingkungan yang inklusif. Nilai-nilai ini berperan dalam menumbuhkan solidaritas sosial yang menjadi fondasi stabilitas masyarakat multikultural. 

Di tengah arus globalisasi dan transformasi digital, budaya ramah-tamah menghadapi berbagai tantangan yang mengancam keberlanjutannya. Urbanisasi yang masif dan pergeseran nilai akibat gaya hidup individualistik di perkotaan menyebabkan berkurangnya interaksi sosial yang hangat di tingkat komunitas. Selain itu, penetrasi budaya asing melalui media sosial dan platform digital dapat menggeser persepsi masyarakat terhadap nilai-nilai tradisional, termasuk makna keramahan. Generasi muda cenderung lebih terpapar pada budaya populer global yang tidak selalu mengedepankan etika komunikasi dan kepedulian sosial. Di sisi lain, kesenjangan sosial-ekonomi turut berkontribusi terhadap menurunnya empati dan kepedulian antarkelompok masyarakat. Jika tidak diantisipasi secara sistematis, kondisi ini dapat mengikis nilai-nilai ramah-tamah yang selama ini menjadi perekat sosial bangsa Indonesia.

Pelestarian budaya ramah-tamah memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai elemen masyarakat, mulai dari keluarga, institusi pendidikan, hingga lembaga pemerintahan. Pendidikan karakter di tingkat dasar hingga menengah menjadi instrumen penting dalam menanamkan nilai-nilai sosial seperti empati, kesantunan, dan kepedulian antarsesama. Selain itu, penguatan narasi budaya melalui media massa dan platform digital dapat membentuk persepsi kolektif tentang pentingnya menjaga nilai-nilai luhur tersebut di tengah perubahan zaman.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun