Mohon tunggu...
Sihol Hasugian
Sihol Hasugian Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar Administrasi Publik; Sport Enthusiast.

Barcelonista Menulis adalah sarana berbagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyikapi Bencana dengan Bijaksana

10 Januari 2021   00:28 Diperbarui: 10 Januari 2021   13:35 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Times Indonesia

Hilang kontaknya pesawat Sriwijaya Air perlu dimaknai sebagi proses pembelajaran dan pendewasan mental kita dalam merespon suatu peristiwa. Memperkuat aspek kemanusiaan, yakni membantu para korban, dengan tidak menyinggung privasi keluarga jadi salah satu pilihan terbaik saat ini. Ikut serta membantu penyebaran informasi yang berbasis pada fakta, yang diperoleh dari pemerintah. Terakhir yang tak kalah pentingnya adalah berdoa kepada sang pencipta. Bukan memperkeruh suasana. 

Saya merasa miris. Itulah ungkapan hati saya ketika melihat beragam respon yang mencuat di dunia maya atas jatuhnya pesawat Sriwijaya Air yang sedianya berangkat menuju Pontianak Sabtu, (9/1/2021). Bagaimana tidak,  masih saja ada respon negatif dari beberapa netizen. Tak ada empati sama sekali.  Mereka malah memperumit keadaan lewat informasi-informasi yang tak dibutuhkan. Ada saja yang jadi ahli dadakan penerbangan. Misalnya, menjelaskan panjang lebar teknis kenapa pesawat itu bisa kecelakaan, jatuh dan sebagainya, di akhir penjelasannya ditambah lagi kata CMIIW ( Correct me if I am wrong ). Sungguh tak ada kerjaan. 

 Ada pula misalnya, memberitakan privasi para penumpang (korban) pesawat ke media sosialnya, seperti gaji pilot itu, hingga mengumbar media sosial penumpang satu persatu, mulai followers dan sejenisnya. Banyak komentar-komentar yang tidak berempati beterbaran . 

"Aduh sedih banget ya padahal masih muda". "Untung saja kemarin tidak naik pesawat itu ya".

Saya tak habis pikir dengan mereka, di saat berduka masih saja memanfaatkan situasi ini. Entah apa yang mau diharapkan. Sedih sekali.

Lebih parah lagi, media online juga menjadi bagian dari mereka. Dengan memberitakan informasi yang jauh dari substansi peristiwa. Seperti mengulik informasi korban hingga ke akar-akarnya, bahkan menyinggung fisik dari korban. Entah mengapa model jurnalisme seperti ini masih berkeliaran di masa sulit ini. 

Salah satu komentar netizen yang tak diperlukan, sumber : @mazzini_gsp
Salah satu komentar netizen yang tak diperlukan, sumber : @mazzini_gsp

Banyak sekali surat kabar online yang tiba-tiba jadi jurnalisme firasat. Mereka mengabarkan kepada publik hal yang sedianya ranah privat. Contohnya, " begini firasat orang tua penumpang sebelum berangkat" 

Atau, "orang tua penumpang telah merasakan firasat buruk dengan anaknya".

 Ada lagi tuh video jurnalis yang Ahhh sudahlah. Dia bertanya ke salah satu keluarga korban, mengenai kondisi dan informasi keluarganya. Padahal sudah jelas-jelas bapak tersebut sedang menangis terseduh-seduh, dan mengabarkan situasi kepada keluarga melalui telepon selularnya. Tetapi, jurnalis itu sungguh tak ada hati, di sebelahnya pun sama. Malah ikut merekam kejadian itu. Sama-sama tak punya empati. 

Jurnalisme itu sama sekali jauh dari kata etis. Saya paham bila itu adalah cara mencari uang. Tapi tolonglah, jangan begitu caranya. Jangan hanya mencari traffic, dan SEO  (entah apalah itu ). Lihat ada banyak keluarga yang merasakan kesedihan. 

Para "netizen" yang budiman gak usah berasumsi atau berspekulasi yang tidak berdasar di media sosial. Gak usah berlomba jadi nomor satu di media sosial. Jangan pula menyebar pesan-pesan yang memperkeruh susana. Tolong video atau foto keluarga atau bahkan penumpang jangan diglorifikasi.

Lebih baik menunggu keterangan resmi dan menerima informasi dari pihak terkait ( Basarnas, Kemenhub, KNKT, dan Pihak lainnya). Kalau pun ingin menyebar informasi. Sebisa mungkin, informasi yang disebar adalah info resmi dari pihak terkait. Para awak media juga. Saat ini anda sekalian harus berhati-hati dan memilah informasi yang memang perlu dan mendesak untuk disebarluaskan kepada masyarakat. 

Kita harus paham, bahwa di tengah kondisi sekarang, ada para keluarga korban yang sangat berduka. Sudah dapat dipastikan, situasi hati dan pikiran mereka tentu tidaklah tenang. Makan saja pun tak nafsu, apalagi bila melihat hal-hal yang menyinggung keluarganya. Saya meyakini, mereka akan semakin terbebani. Saat ini, mereka hanya membutuhkan solidaritas dan dukungan dari kita semua. Bukan menambah beban. Doa dan harapan terbaik adalah sarana dukungan yang dapat kita sampaikan.

 Di tengah situasi sekarang, sekiranya tak perlu melakukan tindakan yang memperumit keadaan. Tak perlu jadi pahlawan dadakan, ahli dadakan, atau mencari "kambing hitam" peristiwa itu. Mari kita lebih dewasa dan bijak menanggapinya. Proses investigasi dilakukan bukan semata-mata untuk mencari pihak yang salah. Ini perlu guna mengevaluasi kondisi penerbangan di Indonesia. Agar sebisa mungkin meminimalisir kesalahan teknis.

Sekali lagi tolong lebih bijak menanggapi bencana ini.

Semoga pencarian penumpang dan pesawat yang dilakukan oleh pihak terkait berjalan dengan lancar. Semua keluarga penumpang diberikan ketabahan dan ketegaran dalam menghadapinya. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun