Berpolah kata begitu bangsatnya.
Layaknya para anjing kudisan yang mengaing-ngaing.
Berkoar lidah dengan narasi-narasi kebencian dan kedustaan.
Sedetik menajiskan ludah, sedetik kemudian dijilatinya, lalu direguknya kembali.
Itulah politisi di negeri setengah jahanam.
Takbernurani tapi mengaku yang tersuci.
Padahal penjunjung berhala-berhala kepentingan iblisnya.
Beringas dan haus darah. Mencari-cari mangsa demi ambisi angkaranya.
Itulah politisi di negeri setengah jahanam.
Sementara kaum fakir meronta berlapar-lapar perut.
Berpeluh-peluh debu mengais remah yang hampir taktersisa.
Tatap mata nanar mengerontang, menanti secercah asa dari jiwa-jiwa yang takmembatu.
Wahai politisi tidakkah kau lihat itu.
Di mana sebenarnya nuranimu.
Matikah.
Duhai negeri setengah jahanam.
Akankah sandyakala itu semakin menghitam.
Menjemputmu menuju kelaknatan yang hakiki.
Ataukah berpulang kembali pada kesejatian nurani.
Entahlah.
Balikpapan, 25 Januari 2020.
Sigit Eka Pribadi.