Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gawat, Pernyataan Megawati Soal "Sumbangsih Milenial", Bisa Bikin Megatrust

28 Oktober 2020   23:46 Diperbarui: 28 Oktober 2020   23:51 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Megawati Soekarnoputri sebut generasi milenial hanya bisa demo. /Tangkapan layar channel Youtube PDI Perjuangan | Dokumen via Pikiran rakyat.com

"Saya bilang ke Presiden, jangan dimanja, generasi kita adalah generasi milenial. Saya mau tanya hari ini, apa sumbangsihnya generasi milenial yang tahu teknologi tanpa harus bertatap muka langsung? Apa sumbangsih kalian kepada bangsa dan negara ini, masa hanya demo saja," kata Megawati saat meresmikan 13 kantor DPD dan DPC secara virtual, Rabu 28 Oktober 2020.

Begitulah pernyataan Politisi Megawati Soekarno Putri yang mempertanyakan sumbangsih para milenial kepada bangsa dan negara.

Wah bisa gawat nih, bisa bikin tsunami dan gempa megatrust nih, apalagi yang dikritik dan disindir adalah kalangan milenial.

Kritik tentu saja bakal akan segera berdatangan terkait pernyataan Megawati ini, khususnya dari milenial, sebab beliau terkesan kurang bijak dalam menempatkan peran milenial bagi bangsa dan negara ini.

Megawati hanya melihat dengan sudut pandang substansi yang terlalu sempit dan terlalu picisan, yaitu hanya melihat pada demonstrasi yang terjadi karena Mahasiswa para kaum milenial turun ke jalan memprotes UU Omnibus Law Cipta Kerja.

Pernyataannya tersebut tentu saja sangat meremehkan dan metendahkan milenial, karena seharusnya Megawati dapat melihat secara bijak dengan melihat pada sudut pandang yang luas.

Sebelum menanyakan apa yang menjadi sumbangsih milenial bagi bangsa dan negara, maka harusnya Megawati bisa melihat juga bagaimana sumbangsih milenial mengharumkan nama bangsa dalam berbagai bidang, bukan hanya melihat dari bidang perdemoan saja, ah sempit dan picik bangetlah kalau begitu.

Tidakkah Megawati melihat bagaimana prestasi kaum milenial di E-Sport, tidak kah Megawati melihat bagaimana sumbangsih milenial di sepakbola seperti peran serta mereka di Timnas U-16, U-19 dan U-23, tidakkah Megawati melihat bagaimana sumbangsih milenial yang sering mengharumkan nama bangsa di kancah internasional dalam lomba fisika, matematika, lomba hafidzh dan lain sebagainya.

Bahkan kalau mau disebutkan lagi, bakal berderet panjang daftar milenial yang memberikan sumbangsih bagi bangsa dan negara ini, dan bakal panjang banget jadinya artikel yang penulis buat ini.

Sungguh picik banget kalau hanya mengambil indikator hanya berdasarkan demonstrasi belaka, jelas saja pernyataan itu sangat lucu dan kurang bertanggung jawab.

Inilah salah satu komunikasi yang memperihatinkan dikalangan politisi ini, terlalu dangkal, terlalu naif dan terkesan hanya sisi emosional saja yang dikedepankan, terkesan berbau kepentingan politik dan terlalu mudah menyimpulkan dengan kurang memperhatikan banyak hal yang seharusnya dijadikan parameternya sebagai pertimbangan yang mendasar. 

Pernyataan Megawati jelas sangat menyinggung kalangan milenial, dan seperti yang dikatakannya juga, bahwa bakal ada yang membully pernyataannya, ya siap-siap saja terima bully tersebut.

Bahkan gelombang tsunami dan guncangan bully itu akan mengguncang dengan detas dan keras bagaikan megatrust, dan bisa saja akan berpengaruh secara kepartaian kepada PDI Perjuangan.

Apalagi tidak hanya sekali ini saja partai PDI Perjuangan diguncang hal-hal kontroversi, karena bisa dilihat bagaimana polah Puan Maharani, polah Jokowi dan polah tokoh sentral lainnya yang sering kontroversi di ruang publik.

Kalangan milenial tentu tidak akan tinggal diam dengan apa yang diungkapkan oleh Megawati terhadap mereka, dan tentu akan mengkritik secara tegas dan keras.

Bisa jadi kedepannya dengan berbagai hal kontroversi yang dilakukan oleh PDI Perjuangan secara partai maupun secara ketokohan, akan membuat megatrust, sehingga para milenial bakal berpikir 1000 kali mau jadi simpatisan ataupun pemilih PDI Perjuangan.

Setidaknya kalau memang dalam kaitannya dengan peringatan dan gaung sumpah pemuda, Megawati seharusnya memberikan semangat, motivasi ataupun dorongan yang edukatif, agar kalangan milenial dapat lebih produktif lagi dalam peran sertanya bagi bangsa dan negara ini.

Bukannya malah meremehkan ataupun merendahkan kaum milenial, justru apa yang jadi pernyataannya tersebut sama sekali tidak mendidik, bahkan terkesan skeptis dan pragmatis, berbau bau kepentingan politik hingga menyinggung harkat martabat dan harga diri kaum milenial.

Seyogianya dalam hal ini, Megawati harusnya dapat bijak mengklarifikasinya, atau berbesar hati dengan meminta maaf kepada kaum milenial, tapi terserahlah mau klarifikasi atau tidaknya, kalau Megawati sudi minta maaf syukurlah, tapi kalau tidak mau ya sudahlah, Megawati harus siap dibully dan dikritik secara bertubi-tubi, sebab pernyataan Megawati tersebut kontroversi dan tidak mendidik.

***

Ya begitulah, entah kenapa komunikasi publik dari para tokoh politisi di negeri ini seringkali terlalu picik dan receh sehingga sering menimbulkan hal yang kontroversial, sehingga berdampak pada reaksi publik.

Parahnya lagi, buruknya komunikasi publik para politisi ini justru semakin menunjukan bagaimana sejatinya kualitasnya secara personal yang dimilikinya.

Bahkan, semakin memperlihatkan bahwa, setiap pernyataannya selalu saja tercium aroma kental kepentingan politiknya.

Apakah hanya sebegitu sajakah kualitas para politisi di negeri ini, apakah hanya sebegitu sajakah kualitas Megawati sang putri proklamator bangsa Presiden Soekarno? Ah, sungguh memprihatinkan kalau hanya segitu saja kualitasnya.

Inilah kiranya yang perlu jadi perhatian dan catatan penting para politisi, agar dapatnya menjadi evaluasi yang mendalam bagi kedepannya.

Yang jelas, kepentingan politik praktis itu bukanlah satu-satunya yang harus dipuja dalam rangka mencapai tujuan politik, tapi kepentingan politik itu harus berjiwa, bernurani, revolusioner dengan kiblatnya mengabdi pada rakyat demi kebaikan bangsa dan negara yang kita cintai bersama ini.

Salam hangat.

Sigit Eka Pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun