Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Helmy Yahya dan Jati Diri TVRI

25 Januari 2020   22:31 Diperbarui: 25 Januari 2020   22:27 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar logo TVRI | Dokumen Republika.co

Apa yang terjadi sebenarnya dengan TVRI, kenapa sampai harus terjadi konflik internal antara Dewas TVRI dan Direkturnya sendiri yaitu Helmy Yahya.

Helmy Yahya, memang seorang entertainer sukses, dan memang secara kasat mata TVRI di bawah kendali Helmy Yahya mulai berbenah sehingga sekarang TVRI tampak semakin cantik molek dan meriah.

Sehingga Helmy berhasil merebranding dan membangun TVRI ditengah tengah dan keterengah engahan segala keterbatasan baik itu perangkat dan perkakasnya yang serba ketinggalan, maupun SDM yang sudah hampir kehilangan motivasi hingga TVRI akhirnya berwujud seperti sekarang ini.

Memang, segala kreatifitas yang di lakukan Helmy Yahya tersebut patut di apresiasi dan angkat topi, akan tetapi ada yang sedikit terlupakan oleh Helmy tentang TVRI, kenapa bisa begitu?

Yah, kalau penulis melihat TVRI sekarang bila dikaitkan dengan aturan undang undang TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 13 tahun 2005, maka bisa dikatakan saat ini TVRI dibawah nahkoda Helmy sedang dalam posisi salah pergaulan dan sedikit lupa jati dirinya.

Kenapa kok bisa salah pergaulan dan sedikit lupa dengan jati dirinya, yah boleh dibaca, kalau menuruti dasar aturan diatas, maka yang jelas memang ada kekhilafan Helmy Yahya dalam menahkodai TVRI, pasalnya sebagai LPP maka TVRI sekarang ini justru malah semakin menjelma menjadi LPS, sehingga TVRI jadi lupa jati dirinya yang sejati.

Bukan berarti juga menjustifikasi kalau Helmy bersalah namun Helmy nampaknya agak lupa kalau TVRI tidak sama dengan TV swasta lainnya, ini karena TVRI di biaya menggunakan dana APBN sehingga dalam penggunaannya mesti dengan pertimbangan yang matang, tidak boleh semata mata main buang duit sembarangan.

TVRI sangat jauh berbeda dengan TV swasta, karena anggaran yang digunakan tidak menggunakan anggaran negara, TV swasta menggunakan dana mereka sendiri, sehingga TV swasta memiliki ruang terbuka untuk lebih mementingkan keuntungan ataupun komersialitas maupun rating program.

Pastinya TVRI adalah televisi milik Negara, sebagai media official negara, media partner negara, media corong pemerintah, mulutnya pemerintah dan desainnya bukan untuk menyaingi TV swasta, maka dalam pelaksanaan visi misinya harus lebih mengedepankan kepentingan-kepentingan publik, negara dan marwah negara.

Oleh karenanya TVRI tetap harus berdiri dibelakang pemerintah dan negara, tidak boleh lepas dari jati dirinya tersebut, sehingga eksistensi kehadirannya bukannya untuk turut bersaing rating ataupu program dengan TV swasta.

Nah disinilah, Helmy Yahya sedikit salah langkah dalam menahkodai TVRI Sebagai LPP atau televisi milik publik, sehingga Helmy malah merubah arah kemudi nahkoda dan membelokkan TVRI layaknya stasiun TV swasta, bersaing dengan swasta dengan orientasi orientasi bisnis yang komersial.

Duit negara yang nota bene untuk kemashlatan rakyat terkesan digunakan secara boros atau kurang kontrol, padahal bila menyangkut duit APBN harusnya penggunaannya mesti lebih bijak.

Dari latar belakang inilah Dewas TVRI mulai membaca kealpaan atau kelupaan Helmy dalam menahkodai LPP TVRI, sebenarnya sebagai LPP bukan hanya Dewas TVRI saja yang bisa mengawasi kinerja TVRI tapi sejatinya masyarakat luas bisa juga mengontrol isi serta integritas dan kinerja TVRI.

Sehingga Dewas TVRI menilai Helmy membawa TVRI lupa pada Jati dirinya sebagai LPP, bukan berarti juga disini penulis berpihak dengan Dewas TVRI tapi berdasarkan kembali bila memahami secara detil PP yang mengatur TVRI sebagai LPP maka kalau Dewas TVRI beralasan sekarang TVRI lupa jati dirinya, maka boleh dikata ada benarnya.

Sebenarnya boleh boleh saja Helmy menahkodai TVRI dengan segala kualitas diri yang dimilikinya dengan segala daya upayanya dan kreatifitasnya, tapi itu tadi kemasannya dan programnya jangan pula kebablasan sehingga lupa pada jati diri TVRI yang sebenarnya.

Memang tidak gampang mempertahankan eksistensi TVRI diera serba maju dan digital saat ini, karena berdiri sejajar dengan TV swasta bukan perkara mudah, namun itulah tantangannya.

Meskipun sangat sulit berada ditengah gempuran TV swasta, tapi disinilah sejatinya letak integritas Helmy Yahya diuji bagaimana mengkreasikan TVRI dengan cara kreatif, mampu membuat TVRI dengan segala keterbatasan yang ada tapi bisa menyajikan konten-konten menarik khas televisi publik atau LPP milik pemerintah dan negara dan tetap sebagai media yang selalu berafiliasi pada pemerintah dan negara.

Jadi, menurut penulis kisruh ataupun perseteruan yang terjadi di tubuh TVRI, antara Dewas TVRI dan Helmy Yahya, maka sejatinya memang benar juga ada kekhilafan Helmy dalam menahkodai TVRI, andaikata Helmy dapat menyadari hal ini, sebenarnya kisruh Dewas TVRI dan Helmy tak perlu sampai beredar ke publik atau sampai melibatkan DPR maupun campur tangan pihak lainnya.

Tentunya Dewas TVRI juga sangat menyadari bagaimana tugas dan tanggung jawabnya, maka tidak pula langsung main sembarangan dalam mengambil keputusan tentunya Dewas berdasar PP yang berlaku, apalagi bila dikaitkan dengan kepentingan politis Dewas TVRI, nampaknya menurut penulis sangat jauh dari kepentingan itu.

Sehingga menurut penulis, tidak ada yang patut dipermasalahkan tentang keputusan Dewas TVRI untuk menonaktifkan Helmy, dan masih di nilai sebuah kewajaran, dalam hal ini tentunya Helmy Yahya boleh juga melakukan upaya untuk hak pembelaan dirinya dan itu sah sah saja.  

Tapi bila kembali lagi dengan PP TVRI sebagai lembaga penyiaran publik, yang didalamnya juga mengatur wewenang Dewas TVRI, sepertinya Helmy Yahya mesti dapat berbesar hati dapat menerima apa yang sekarang menjadi keputusan Dewas TVRI.

Tentunya manusia itu tidak luput dari kealpaan ataupun kekhilafan, meskipun Helmy Yahya sudah sangat berjasa menahkodai TVRI, tapi Helmy Yahya seyogianya agar dapatnya juga  berlapang dada untuk instrospeksi kembali mengenai dirinya maupun kinerjanya.

Semoga kisruh yang terjadi didalam tubuh TVRI dapat diselesaikan dengan elegan dan ada solusinya yang terbaik. TVRI harus tetap maju, dan tetap menjadi bagian dari upaya Pemerintah melakukan pemberdayaan publik.

TVRI tetap harus menjadi basis budaya tinggi, meskipun dihadapkan dengan segala keterbatasan dalam mengahadapai tantangan yang berat tapi jati diri TVRI adalah yang utama.

Semoga bermanfaat.

Sigit Eka Pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun