Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ironinya Perilaku "Nyampah" Pada Masyarakat

4 Desember 2019   22:39 Diperbarui: 4 Desember 2019   22:36 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampah masih menjadi persoalan yang dihadapi Indonesia dan secara umumnya negara-negara lainnya didunia. Setiap harinya berton_ton sampah di hasilkan oleh masyarakat dunia.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian sampah adalah barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi dan sebagainya: kotoran seperti daun kertas, plastik bekas pakai dan lain sebagainya

Seperti halnya di Indonesia sampah menjadi momok bagi keberlangsungan kelestarian lingkungan, termasuk juga kesehatan lingkungan. Meskipun pemerintah telah berupaya semaksimal mungkin untuk mengatasinya namun dihadapkan dengan masih adanya pola perilaku masyarakat yang masih sering membuang sampah sembarangan, persoalan sampah tetap saja terus menjadi masalah klasik bagi negara.

Padahal sosialisasi yang dilakukan pemerintah telah diberikan secara intensif agar masyarakat dapat bijak dalam membuang sampah, namun kenyataannya tetap saja masih banyak masyarakat yang tetap saja berperilaku membuang sampah sembarangan bahkan terkesan tak mau tahu menahu atau masa bodoh dengan tetap berperilaku membuang sampah sembarangan.

Lihat saja disepanjang pantai dan laut, sungai-sungai, parit/selokan, dipinggir jalan, ditanah lapang atau berbagai area lainnya sampah-sampah makin bertumpuk sedemikian rupa.

Sehingga perilaku masyarakat yang masih sering buang sampah sembarangan tersebut layak diistilahkan sebagai perilaku masyarakat penyampah. Sampah, dan perilaku penyampah ("Nyampah") saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya dan tidak bisa terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia.


Fenomena buruk tersebut tidak bisa dipungkiri karena kenyataannya masih lebih banyak orang yang tidak peduli terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan daripada yang peduli dengan lingkungan. Tidak akan mungkin sampah dilautan dan sepanjang aliran sungai begitu menumpuk kalau bukan karena perilaku "nyampah" masyarakat.

Seperti halnya juga dapat dilihat dalam setiap usai pegelaran even, seperti pameran pembangunan, konser musik, pertandingan olahraga, pesta adat dan lain-lain. 

Pasti para penonton atau pengunjung banyak meninggalkan sampah yang berserakan mulai dari botol minuman plastik, kaleng, plastik wadah makanan, serta kertas kardus snack dan lain sebagainya.

Dari persoalan ini, kadang jadi terpikir apa yang salah? Di mana salahnya? Kenapa bangsa yang besar ini tidak kunjung bisa mengatasi masalah kebiasaan "nyampah" membuang sampah sembarangan masyarakatnya? Kenapa begitu sulitnya untuk bisa berperilaku membudayakan kebersihan dan kesehatan lingkungan?

Inilah yang masih sangat memprihatinkan, perilaku "nyampah" masih menjadi kebiasaan buruk yang sulit dihilangkan di tengah masyarakat Indonesia.

Lalu bagaimanakah solusi untuk menyelesaikan permasalahan klasik ini?

Sebenarnya ini adalah masalah attitude atau kebiasaan buruk dari masing-masing individu masyarakat karena kurangnya kesadaran terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan.

Bebagai alasan masyarakat untuk menjustifikasi diri atau membenarkan diri bahwa masyarakat membuang sampah sembarangan karena kurangnya atau tidak adanya fasilitas tempat sampah ataupun beragam alasan lainnya.

Adanya lahan kosong yang dimanfaatkan masyarakat umum untuk membuang sampah/limbah rumah tangga dan ironisnya daerah aliran sungai yang ujungnya bermuara ke laut hingga bibir pantai dijadikan tempat "nyampah" Masyarakat.

Dampak banjir, dampak penyakit dan lain sebagainya dari kebiasaan buruk ini pun sudah tidak dihiraukan lagi oleh sebagian  masyarakat.

Padahal pemerintah telah berupaya menyediakan tempat sampah, namun tidak ada kesadaran sejak dini masyarakat tentang arti pentingnya kebersihan. Tetap saja sampah berceceran di mana-mana bahkan tempat sampah justru rusak, spanduk tentang kebersihan di mana-mana tanpa adanya penegakan aturan.

Solusinya adalah kembali dari kesadaran diri dari masyarakat bagaimana perduli kepada lingkungan, masyarakat seyogianya dapat menumbuhkembangkan kesadaran untuk selalu menjaga kebersihan di manapun berada.

Boleh juga menghadirkan bank sampah di lingkungan sekitar. Bank sampah dapat dikelola per wilayah, misalnya lingkungan RT atau dari program kampus. Setiap warga dapat mengumpulkan sampah domestik sendiri, lalu dipilah dan ditukarkan dengan uang.

Ataupun menggalakan pertemuan-pertemuan bulanan warga dalam kegiatan kerja bakti kebersihan, lomba kebersihan dan kampung hijau, memasang spanduk tentang kebersihan/membuang sampah pada tempatnya di areal RT/RW, menempel artikel terkait di papan pengumuman dan lain-lain sebagainya.

Sementara itu pemerintah dapat mempertegas Peraturan Pemerintah, Peraturan daerah serta UU terkait lingkungan yang harus benar-benar diimplementasikan kepada masyarakat.

Bila perlu dengan pemberian sanksi kepada masyarakat yang ketahuan nyampah sehingga lambat laun kebiasaan buruk "nyampah" akan terkikis, karena bila pemerintah acuh tak acuh, tidak peduli hanya sekadar menyediakan sarana prasarana, fasilitas ini itu tanpa ada kontrol, pemantauan, evaluasi dan penegakan aturan maka masyarakat pun juga akan seenaknya berbuat karena dianggap hal sepele.

Komitmen tertinggi tetap ada di tangan para pemimpin bangsa yang peduli terhadap kebersihan lingkungan agar sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya.

Semoga bermanfaat.
Sigit Eka Pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun