Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bullying yang Berakhir Indah

6 April 2019   00:49 Diperbarui: 6 April 2019   00:57 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti biasa pagi hari ini aku berangkat ke sekolah, Saat ini aku sudah kelas 4 SD, tas sekolah dan bekal setermos kecil air minum serta sekotak bekal makanan, sudah terselempang di badan. Bekal itu sudah disiapkan ibuku sejak subuh tadi.

Sekolahku tak jauh dari rumahku, jaraknya hanya 2 Kilometer dari rumah, aku tak pernah diantar ayah ataupun ibuku, ayahku biasanya jam 6 pagi tadi sudah berangkat bekerja, sedangkan ibuku tetap tinggal dirumah.

Bagiku jarak 2 Kilometer masihlah kuanggap dekat, jadi aku cukup jalan kaki saja ke sekolah. Setelah aku salim dan mencium tangan ibuku, berangkatlah aku ke sekolah.

Terkadang aku berpapasan dengan teman sekelasku, sehingga kami berangkat bersama-sama, tapi hari ini hingga jelang tiba di sekolah aku tak berjumpa temanku, aku sudah dekat dengan sekolah, hanya tinggal melewati bangunan Puskesmas tua, sampailah sudah.

Sudah di depan Puskesmas, kenapa kulihat ada sekelompok anak sekolah yang badannya besar dariku disitu, jumlahnya 3 orang, melihat kedatanganku, mereka bereaksi dan berdiri serta mencegatku, salah satunya langsung  merebut bekal makan dan minumku, hendak ku pertahankan tapi aku didorongnya, hingga terjatuh.

Mereka malah tertawa, aku berusaha bangkit dan merebut kembali bekalku, tapi anak yang satunya lagi menendang pinggangku, hingga aku kembali terjerembab.

Aku kesakitan, nampaknya tak kuasa lagi sudah kupertahankan bekalku itu, sedih tak terkira ketika kulihat bekal yang telah disiapkan ibuku sejak subuh tadi, jatuh ketangan mereka dan dinikmati oleh mereka.

Menangis aku berlari pulang sekencang-kencangnya, ingin kuadukan semua ini pada ibuku secepatnya. Sesampainya aku dirumah langsung kupeluk ibuku dan menangis sejadi-jadinya. Ku ceritakan semua pada ibuku dengan tangis tersengguk.

Ibuku hanya tersenyum sambil menghapus air mataku, dan berkata, adek masih ingat wajahnya," iya bunda, kayaknya mereka anak kelas 6." kataku. Yuk kita ke sekolah lagi, kita ketemu gurunya adek yah," kata ibuku.

Sesampainya disekolah pelajaran ternyata sudah dimulai, ibuku bicara dengan guruku dikantor guru, tak lama aku dan ibuku serta guruku mengajaku ke koridor sekolah dan kulihat langkah demi langkah ternyata kami menuju ke ruang kelas 6.

Ruang kelas 6 masih ramai karena masih menunggu guru pelajaran masuk kelas, dan diam tiba-tiba saat ada kami datang. Nah adek sekarang lihat anak laki-laki dikelas ini, adakah kira-kira yang tadi merebut bekalmu," tanya ibuku.

Kupandangangi satu persatu wajah anak laki-laki dikelas itu. Dan ternyata ada 3 orang anak besar tadi dikelas 6 ini ternyata mereka tadi adalah kakak kelasku. Akhirnya ku tunjukan pada ibuku dan guruku anak-anak tadi itu.

Ketiganya lalu dipanggil guruku dan ternyata kami dan ketiga kakak kelasku itu,  kembali menuju ke ruang kantor. Saat dikantor kulihat raut wajah ketiga kakak kelasku itu ketakutan.

Benar kalian tadi yang merebut bekal adik kelasmu ini, " tanya guruku pada mereka. Dengan tergagap mereka bertiga menjawab dan mengakui perbuatan mereka. Kemudian guruku menyuruh mereka untuk minta maaf padaku dan ibuku.

Sebenarnya aku masih belum bisa terima dengan perbuatan mereka tadi, apalagi sakit bekas tendangan tadi masih terasa di pinggangku, tapi karena melihat senyum ibuku dan anggukannya yang tulus itu, membuatku luluh dan memaafkan mereka.

Tak lama setelah saling memaafkan dan ketiganya dinasehati guruku. Ternyata guruku memberikan hukuman pada mereka. "Untuk menebus perbuatan kalian dan tanggung jawab atas janji kalian tidak mengulangi lagi perbuatan tadi, maka kalian bertiga saya setrap hormat bendera merah putih sampai jam pelajaran pertama berakhir, bisa dilakukan dari sekarang." Kata guruku.

Mereka bertiga langsung berlari ke arah lapangan dan tiang bendera dan melakukan hormat bendera. Ah cukuplah hukuman ini bagi mereka pikirku.

Tak lama ibuku pamit kepadaku dan guruku untuk kembali kerumah, ada rasa takut muncul dalam diriku, aku takut mereka nanti malah tambah jahat padaku, namun ibuku nampaknya bisa membaca gurat cemas wajahku dan berkata, "Adek jangan cemas mereka sudah janji gak nakal lagi sama adek, ntar kalo mereka masih nakal tinggal bilang sama pak guru yah adek," kata ibuku dengan lembut. Dan aku menggangguk dan menyiratkan gurat wajah tenang pada ibuku.

Ibuku pun pamit pada guruku, dan kemudian perlahan ibuku melangkah pergi meninggalkan sekolah, kutatap terus sampai sosok ibuku hilang ditelan kejauhan dan pandangan. Setelah itu guruku menyuruhku masuk kelas untuk kembali mengikuti jam pelajaran pertama kelas 4 hari ini.

Bel jam pertama berbunyi tandanya jam pertama istirahat dimulai, seperti biasa aku pun istirahat bermain dan bercanda ria dengan teman sekelasku. Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku dari belakang, kutengok ternyata ketiga kakak kelasku tadi, aku terkejut ada apa lagi ini pikirku.

"Woii toss dulu kita, sekarang kita teman yah maafin kita tadi yah." kata mereka dengan senyum yang mengguratkan persahabatan, lalu mereka bergantian merangkulku khas tradisi tanda persahabatan kala itu.

Ah, syukurlah nampaknya memang benar mereka sudah tak lagi jahat padaku. Dan kupandang mereka saat berlalu kembali ke kelas mereka, ajungan jempol dan senyuman mereka terarah padaku dan berteriak, kita teman yah, kita akan jagain kamu. Kalo nanti ada yang usilin bilang ke kita yaaah."  Ku balas dengan anggukan dan senyuman.

Ah, biarlah kisah ini tersimpan dalam kenangan sampai nanti akan kuceritakan kembali kepada ingatanku tentang memori sekolahku ini.

------------------

Balikpapan, 6 April 2019

Sigit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun