Penelitian oleh Khujaimah et al. (2022) menunjukkan bahwa ada akun-akun  yang membagikan hadis tanpa mencantumkan sanad yang jelas dan tanpa verifikasi keotentikan. Konten-konten tersebut tidak selalu memenuhi standar keilmuan hadis, sehingga berpotensi menyebarkan informasi yang tidak akurat kepada masyarakat luas .
d. Faktor Penyebab Penyebaran Hadis Lemah dan Palsu
Beberapa faktor yang mempengaruhi penyebaran hadis lemah dan palsu di media sosial antara lain:
- Kurangnya Literasi Digital: Sebagian besar pengguna media sosial tidak memiliki kemampuan untuk memverifikasi keaslian informasi, termasuk hadis.
- Viralitas Konten: Konten yang menarik perhatian, meskipun tidak akurat, cenderung cepat menyebar di media sosial.
- Manipulasi Teks Hadis: Beberapa pihak sengaja memodifikasi atau mengutip hadis di luar konteks untuk tujuan tertentu.
e. Peran Algoritma dan Budaya Konsumsi Digital
Media sosial digerakkan oleh algoritma yang memprioritaskan engagement (likes, shares, comments), bukan kebenaran ilmiah. Hadis-hadis palsu yang menyentuh atau menghibur lebih mudah viral dibandingkan hadis shahih yang panjang dan analitis. Budaya digital yang cepat konsumsi (fast content culture) membuat masyarakat cenderung tidak melakukan verifikasi.
f. Kurangnya Intervensi dari Institusi Resmi
Lembaga seperti MUI, pesantren, dan kampus Islam memiliki peran penting, namun belum sepenuhnya aktif membangun sistem verifikasi hadis digital. Aplikasi seperti Ensiklopedia Hadis dan Muslim Pro memang ada, tetapi tidak banyak digunakan secara luas oleh generasi muda. Penelitian Khujaimah et al. (2022) juga menyebutkan bahwa belum ada sistem seperti fact-checking untuk konten hadis yang beredar.
g. Peran Santri, Akademisi, dan Influencer Muslim
Peran santri dan akademisi sangat penting dalam dakwah digital. Namun penyebaran ilmu hadis masih terbatas pada lingkungan akademik dan belum menjangkau kanal populer seperti TikTok atau YouTube. Sebaliknya, banyak influencer Muslim yang populer justru tidak memiliki kompetensi keilmuan memadai. Dibutuhkan kolaborasi antara ahli hadis dan kreator konten agar dakwah Islam di media sosial bersifat otentik dan kredibel.
h. Perspektif Etika Islam: Tabayyun dan Tanggung Jawab Digital
Konsep tabayyun (klarifikasi) menjadi prinsip penting dalam penyebaran informasi digital. Allah SWT berfirman: