Mohon tunggu...
Muhammad Fikri Al Kautsar
Muhammad Fikri Al Kautsar Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah PAI

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Popularitas Hadis Lemah dan Palsu di Media Sosial : Telaah Kritik Hadis dalam Dunia Digital

19 Mei 2025   13:50 Diperbarui: 20 Mei 2025   13:48 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ilustrasi Hadis Lemah atau Palsu di Media Sosial. Sumber : AI Chatgpt (edit) 

Popularitas Hadis Lemah dan Palsu di Media Sosial : Telaah Kritik Hadis dalam Dunia Digital

Fenomena penyebaran hadis lemah dan palsu di media sosial telah menjadi tantangan serius dalam menjaga otoritas keilmuan Islam di era digital. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konten hadis yang beredar di platform media sosial, mengidentifikasi faktor penyebab penyebarannya, serta menawarkan strategi untuk mengatasi masalah ini. Metode yang digunakan adalah studi pustaka dengan pendekatan kualitatif dan analisis isi terhadap konten hadis di media sosial.

Media sosial telah menjadi sarana utama dalam penyebaran informasi, termasuk konten keagamaan seperti hadis. Namun, tidak semua konten hadis yang beredar memiliki kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan. Banyak hadis yang disebarkan tidak lengkap dalam struktur sanad dan matan, serta tidak memenuhi kriteria keotentikan seperti shahih atau hasan. Hal ini dapat menyesatkan pemahaman umat Islam jika tidak ditangani dengan bijaksana.

a. Dinamika Penyebaran Hadis di Era Digital

Media sosial seperti Instagram, Facebook, TikTok, dan Twitter telah menjadi ruang publik digital yang sangat efektif dalam menyebarkan konten keagamaan. Hadis-hadis disebarkan dalam bentuk gambar, teks singkat, maupun video pendek. Namun, kemudahan ini tidak disertai dengan pengetahuan ilmiah tentang kritik hadis. Banyak konten yang tidak mencantumkan sumber, sanad, atau kualitas hadis, sehingga menimbulkan distorsi terhadap ajaran Islam.

Fenomena ini memperlihatkan dilema antara demokratisasi pengetahuan keagamaan dengan disintegrasi otoritas keilmuan. Siapa pun kini bisa mengklaim kebenaran agama tanpa kapasitas ilmiah.

b. Hadis Lemah dan Palsu: Definisi dan Klasifikasi

Hadis lemah (dhaif) adalah hadis yang tidak memenuhi syarat hadis shahih atau hasan karena kelemahan dalam sanad atau perawi. Sementara itu, hadis palsu (maudhu’) adalah hadis buatan yang tidak pernah disabdakan oleh Nabi Muhammad ﷺ.

Menurut Ibn al-Jawzi dan Al-Khatib al-Baghdadi, hadis maudhu’ merupakan ancaman besar dalam diskursus keagamaan karena dapat menyesatkan umat Islam. Penelitian Ghifari (2023) menemukan bahwa banyak hadis maudhu’ yang disebarkan karena bentuknya berupa motivasi atau pesan moral yang menyentuh, meski tidak benar.

c. Penyebaran Hadis Lemah dan Palsu di Media Sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun