Mohon tunggu...
Sidik Awaludin
Sidik Awaludin Mohon Tunggu... Freelancer - Public Relations Writing

[Penulis Freelance, Menyajikan tulisan asumsi pribadi Berdasarkan Isu-Isu hangat]. [Motto: Hidup Sekali, Berarti, lalu Mati.]

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ambruknya Jiwasraya, Disebabkan Korupsi atau Kerugian Investasi?

12 Agustus 2020   08:24 Diperbarui: 12 Agustus 2020   08:37 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat Perkembangan kasus Jiwasraya ini, semakin rumit malah semakin tertarik untuk ditelisik bagi saya. Terutama sejak campur tangan Kejaksaan Agung untuk mengambil alih kasus Jiwasraya ini ke ranah korupsi, dengan menetapkan para jajaran petinggi Jiwasraya dan para pemain saham sebagai pelaku tersangka korupsi.

Sesudah saya mengikuti perkembangan kasus Jiwasraya ini, saya jadi sedikit ragu mengenai problem Jiwasraya ini, sebetulnya masuk dalam ranah korupsi atau kerugian investasi? 

Sebetulnya apa sih perbedaan dari korupsi dan kerugian investasi, jika kita melihat bukti-bukti yang telah diperlihatkan Kejaksaan Agung?

Analogi sederhananya seperti ini, saya sebagai direksi mendapatkan kepercayaan dari perusahaan untuk mengelola uang sebesar 1 Miliar Rupiah untuk di investasikan ke saham misalkan, dari uang 1 Miliar Rupiah tersebut kemudian saya curi sebesar 200 juta rupiah untuk keperluan pribadi saya. Uang sisanya sebesar 800 juta rupiah baru saya investasikan ke saham, itu berarti saya korupsi 200 juta rupiah uang perusahaan lalu saya di penjarakan. 

Tetapi berbeda, ketika saya dipercaya perusahaan untuk mengelola uang sebesar 1 Miliar Rupiah tersebut dan langsung saya investasikan ke saham, ternyata saham itu rugi dan uang perusahaan yang semula saya investasikan sebesar 1 Miliar Rupiah itu jadi turun nilainya ke angka 500 juta rupiah saja.

Kerugian sebesar 500 juta rupiah yang saya investasikan ke saham itu namanya bukan korupsi, ini yang dinamakan dengan kerugian investasi. Jadi paham perbedaan keduanya kan? 

Kerugian Jiwasraya pun sebenarnya sama seperti itu, mereka sudah rugi sejak bertahun-tahun lamanya sebelum mereka mengumunkan gagal bayar kepada nasabahnya. Trik yang digunakan Jiwasraya selama ini, yaitu dengan gencar mencari uang nasabah dengan mengiming-imingi imbal hasil yang menggiurkan supaya nasabah tertarik untuk menitipkan uangnya ke Jiwasraya.

Kemudian uang itu mereka kelola dan investasikan ke saham gorengan, yang mereka anggap akan menghasilkan keuntungan yang tinggi di waktu mendatang. Tetapi sialnya, bukannya mendapat keuntungan besar dari hasil main saham, malahan buntung. 

Saham yang Jiwasraya belikan menggunakan uang nasabah tersebut, ternyata hasilnya jeblok. Jadi Jiwasraya yang tadinya sudah punya hutang besar karena investasi ke saham yang hasilnya selalu merugi, akhirnya bertumpuklah hutangnya menjadi semakin besar.

Nah, gimana caranya supaya Jiwasraya ini bisa membayar utang cicilan kepada nasabahnya? Ya dengan berhutang lagi ke nasabah lainnya dan di investasikan ke saham gorengan lagi dan zonk lagi hasilnya. Begitu terus seperti lingkaran setan, yang pada titik akhirnya Jiwasraya mengumumkan gagal bayar kepada nasabahnya.

Lalu ribuan nasabahnya panik, dengan meminta uang yang selama ini mereka investasikan kepada Jiwasraya harus mereka kembalikan dengan tempo waktu secara bersamaan. Jiwasraya pun ambruk, Jiwasraya langsung rush, makin besarlah hutang tanggungan Jiwasraya dan makin susahlah mereka membayar hutang kepada para nasabahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun