Mohon tunggu...
Yai Baelah
Yai Baelah Mohon Tunggu... Pengacara - (Advokat Sibawaihi)

Sang Pendosa berkata; "Saat terbaik dalam hidup ini bukanlah ketika kita berhasil hidup dengan baik, tapi saat terbaik adalah ketika kita berhasil mati dengan baik"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hidup Ini Mesti Memilih

3 Mei 2019   09:05 Diperbarui: 3 Mei 2019   09:45 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semalam, aku sudah memberi tahu sang istri.

Pagi ini, aku sudah memberitahu si buah hati.

Bahwa aku hendak pergi mencari sesuatu yang baru lagi.

Keramaian dunia yang penuh kasak-kusuk akan menjadikan jiwa ini sibuk
Hilangkan sadar bagai menghisap serbuk shabu yang bikin mabuk
Raga mengambang oleh puji dan puja yang akan membuat diri lupa
Hampahlah rasa dalam celah pada dada akibat caci dan cela yang bikin lelah

Tak ku biarkan diri ini melakukan kebodohan berulang kali.

Hidup itu harus memilih, pada satu ketika nanti. Mesti.

Tak 'kan kubiarkan diriku diperlakukan tidak adil berkali-kali meski itu di alam imajinasi.

Pada akhirnya...
Kau harus berubah...
Jangan terus larut dalam harapan yang hampa
Tinggalkanlah...
Puji dan puja itu bikin lelah
Berhentilah...
Kembalilah...
Beharap kepada Nya saja
Lupakanlah...
Segala riak dan goda, itu kamuflase saja
Bagai fatamorgana, tak bisa dijangkau, apalagi diraba
Itu akan membuat mu semakin haus saja
Kini.... menjauhlah...pergilah....


Di alam nyata tugasku membela keadilan yang boleh jadi  tak kamu mengerti.

Tentang keadilan yang sangat berarti, bukan hanya bagi seorang Yai, tapi buat mereka yang peduli.

Begitulah, idealisme itu bukan hanya nilai-nilai yang tertera di buku saja, tapi itu sudah menyatu di dalam diri.

Bukan hanya menyangkut omong kosong tentang kehormatan dan harga diri, tapi ini juga perlu dan penting buat menjaga diri.

Begitulah praktek yang kujalani, yang sudah menjadi jati diri.

Tentang bagaimana diri ini,  yang tak lagi mengharap puja, pula tak membutuhkan puji. 

Cuma mencoba untuk mencari tahu tentang diri, kemudian berusaha mengenali mereka, berharap kemudian Dia akan mengenalkan diri.

Tak segala yang didengar bisa menenangkan, tak segala yang dilihat dapat menyenangkan, tak segala yang diharap akan terkabulkan...
Namun begitu, bagaimana pun keadaannya,  semua itu tak mesti menjadikan diri kita jadi emosi, tak terkendali diri .   Saat masalah semakin rumit, ruang semakin sempit, pun walau begitu, tetaplah menjadi baik, jangan sampai mulutmu menjadi pahit.

Hari ini barang-barang sudah ku kemasi, tiket sudah  ku beli, tinggal satu lagi tulisan yang penting ku bagi. Insyaa Allah nanti.

Sembari menikmati kopi yang barusan tadi ku pesan pada sang istri...

Ku coba renungkan lagi... rasa-rasanya tak ada yang perlu ku kata lagi.

Pabila asa ingin dipuja dan hati slalu merindukan puji
Maka jiwa menjadi resah dan hidup pun terasa sepi

Pabila dada dirasuk dengki dan hati selalu ingin membenci
Maka jiwa menjadi gelisah dan hidup pun jadi terasa sunyi

Well.... mata hari nampaknya sudah mulai meninggi... aku hendak bersiap diri, ada tugas menanti. 

Selamat pagi.

Permisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun