Mohon tunggu...
Siauw Joen Kiong
Siauw Joen Kiong Mohon Tunggu... Pandita Buddha

Saya seorang pemuka agama, suka mengisi kelas Dhamma dan ceramah di beberapa vihara, saat ini juga sedang membina warga binaan di lapas cipinang.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Senja yang Berbicara: Menenun Inspirasi di Ujung Waktu

13 Agustus 2025   19:26 Diperbarui: 13 Agustus 2025   19:26 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senja yang Berbicara

Aku duduk di beranda rumah, memandangi matahari yang perlahan merunduk ke balik bukit. Udara sore mengelus wajahku dengan kelembutan yang hanya dimiliki senja. Di usia ini, aku tidak lagi mengejar jarak, tapi mengejar kedalaman.

Aku teringat kata-kata Marcus Aurelius, "Bukan hidup yang singkat, tapi kita yang sering menyia-nyiakannya." Betapa benar. Waktu selalu setia berjalan, hanya kitalah yang terkadang lupa mengisinya dengan makna.

Aku pernah berada di puncak hiruk pikuk dunia, meraih ambisi, mengejar pengakuan. Tapi kini aku paham bahwa seperti kata Lao Tzu, "Hidup yang baik adalah hidup yang selaras dengan alam, bukan melawannya." Usia senja membawaku lebih dekat pada kesederhanaan---menyapa tetangga, menyiram bunga, atau sekadar mendengar suara hujan jatuh di atap.

Setiap keriput di wajahku adalah peta perjalanan. Ada yang tercipta dari tawa yang tak terhitung, ada yang lahir dari air mata yang tak bisa dihindari. Keduanya adalah guru yang membentukku menjadi lebih manusia.

Kehilangan juga menjadi bagian dari cerita ini. Beberapa sahabat sudah pergi, meninggalkan bangku kosong di meja makan. Namun seperti yang pernah dikatakan Kahlil Gibran, "Kesedihan mengukir lebih dalam ruang di hatimu, agar di sana kelak bisa menampung lebih banyak kebahagiaan." Aku belajar menerima, tanpa menghilangkan rasa rindu.

Kini, aku hidup dengan prinsip yang sederhana: memberi sebelum diminta, memaafkan sebelum dimohonkan, mencinta tanpa syarat. Karena seperti pepatah Timur mengatakan, "Jejak kaki akan hilang, tapi jejak hati akan tinggal selamanya."

Usia senja bukanlah tanda berakhirnya perjalanan, tapi bab terakhir yang paling indah. Dan ketika tiba waktuku menutup buku ini, aku ingin meninggalkannya dengan halaman terakhir yang penuh cahaya---cahaya yang akan dikenang, bahkan setelah aku pergi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun